Bukan rahasia lagi jika sejak perang dingin Amerika-Soviet berkecamuk setelah Perang Dunia II, kedua negara ini berlomba-lomba untuk mencari pendukung.
Amerika Serikat dengan segala upayanya berusaha untuk membendung pengaruh komunis di seluruh dunia. Salah satu senjata yang paling mematikan adalah keterlibatan CIA sebagai dinas intelijen rahasia AS.
Dalam sebuah laporan investigasi yang diprakarsai oleh Presiden Gerald Ford tahun 1975, disebutkan bahwa agen-agen CIA pernah bersekongkol ingin melakukan pembunuhan kepada pemimpin dunia yang berseberangan dengannya. Di antaranya adalah Fidel Castro (Kuba) dan Rafael Trujilio (Republik Dominika).
Kendati demikian, rencana-rencana pembunuhan ini tidak pernah terjadi, lantaran Richard Nixon yang kala itu menjabat sebagai wakil presiden tidak menyetujuinya.
**
Di medio 1950an, Soekarno diangap sebagai salah satu pemimpin dunia yang tidak mesra dengan negara barat. Meskipun tidak secara nyata mendukung komunisme di Indonesia, tapi gerakan politik luar negeri Soekarno juga tidak menutup kemesraannya dengan blok timur.
Situasi ini jelas tidak menenangkan Amerika sebagai negara adidaya yang selalu ingin menjadi polisi dunia.
Sejarawan Geoffrey B. Robinson dalam bukunya, "Musim Menjagal: Sejarah Pembunuhan Massal di Indonesia 1965-1966," menyatakan bahwa Amerika Serikat sudah cukup sering meronrong Soekarno dalam berbagai bentuk.
Cara yang digunakan juga tidak elegan, penuh dengan trik-trik kotor yang sudah sering digunakan di negara lain.
Keterlibatan dalam Pemilu Pertama Indonesia
Amerika sudah merasa tidak tenang dengan semakin berkibarnya pengaruh PKI pada tahun 50an di Indonesia. Dalam bukunya "Membongkar Kegagalan CIA," Tim Weiner secara lantang menyebutkan bahwa Masyumi disokong secara finansial oleh Amerika.
Hal tersebut dilakukan untuk meredam kekuatan PKI yang konon mendapatkan perlakuan yang sama dari China dan Soviet. Hal ini juga tertera dalam buku karya Donald Hindley, "The Communist Party of Indonesia."