Coba buka buku geografi. Kita mengenal Vatikan sebagai negara terkecil di dunia. Dipimpin oleh seorang Paus, negara ini adalah pusat bagi para penganut agama Katolik. Namun, kedaulatannya diakui.
Ia berada di tengah-tengah negara Italia. Dibatasi oleh tembok dengan luasan sebesar 0,44 kilometer persegi. Jumlah penduduknya juga tidak banyak. Hanya sekitar 1000 jiwa saja.
Tapi, tahukah Anda jika ada negara terkecil di dunia? Letaknya 9,6 kilometer dari lepas pantai Suffolk, Inggris.
Namanya keren, Kerajaan Sealand. Ia masuk dalam kategori Micronation, karena memang sangat kecil. Saking kecilnya sehingga tidak membutuhkan waktu sehari untuk mengelilinginya. Bagaimana tidak? Luasnya hanya 550 meter persegi.
Penduduknya juga tidak banyak. Yang memegang paspornya hanya 22 orang saja. Tapi, mereka semua merantau. Yang menjadi penduduk tetap hanya 3 orang.
Itu pun dengan alasan karena negara ini tidak bisa ditinggalkan kosong. Jika tidak, maka siapa pun yang berada di sana, bisa mendeklarasikannya sebagai pemilik baru. Â
Negara yang terletak di tengah lautan ini juga tidak berbentuk kota. Ia lebih tampak seperti kilang minyak lepas pantai. Dulunya, tempat ini adalah benteng pertahanan bagi Kerajaan Inggris yang bernama Fort Roughs. Tujuannya untuk menahan serangan Jerman pada Perang Dunia II.
Sayangnya, tidak satu pun negara di dunia yang mengakui kedaulatannya. Namun demikian, negara ini telah mengakui diri sendiri sebagai sebuah bangsa berdaulat dan mandiri.
Halu? Tidak. Masih ada beberapa negara yang juga sementara memperjuangkan hak yang sama. Mengusahakan kedaulatan dari bangsa lainnya.
Baca juga:Â Lima Negara yang Belum Diakui di Dunia
Kisah dimulai pada malam natal 1966. Adalah seorang mantan tentara Inggris yang bernama Roy Bates. Setelah perang usai Bates beralih fungsi menjadi nelayan. Tapi, setelah itu entah bagaimana Roy sempat terlibat kasus hukum. Ia menjadi penyiar radio ilegal dengan membajak frekuensi radio di Inggris.
Undang-undang penyiaran Inggris kemudian menjadikannya sebagai tersangka. Namun, Bates yang kala itu berusia 46 tahun tidak mau menyerah begitu saja. Ia pun mengingat Fort Roughs yang sudah tidak bertuan sejak perang dunia selesai.
Bersama istrinya, Joan, dan dua anaknya Penelope dan Michael yang masih remaja, mereka pun eksodus ke bekas benteng tersebut. Berada di sana untuk beberapa saat, akhirnya pada tanggal 2 September 1967, Roy Bates mendeklarasikannya sebagai negara bebas merdeka.
Mengapa 2 September 1967? Karena itu adalah hari ulangtahun istrinya, Joan. Di saat yang sama, ia juga memberikan gelar Princess bagi istri dan putrinya, serta Pangeran bagi putranya.
Layaknya sebuah negara, Kerajaan Sealand juga memiliki bendera, paspor, prangko, bahkan mata uang bernama Sealand Dollar yang nilainya setara dengan 1 dollar Amerika.
Tapi, tidak dijelaskan lebih jauh lagi apa yang terjadi. Konon Bates mampu mempertahankan "serangan" dari Kerajaan Inggris tersebut dan tetap memerdekakan diri hingga sekarang.
Salah satu penyebabnya karena benteng ini ternyata dibangun di perairan internasional tak bertuan. Inilah hal yang dipahami oleh Bates dan tidak disadari oleh pemerintah Inggris saat itu.
Atau bisa juga karena pemerintah Inggris tidak mau repot-repot mencari seseorang yang mau mengurusi benteng tua tersebut. Lagipula, Bates sendiri tidak menimbulkan aksi macam-macam terhadap kedaulatan negara tetangganya.
Pemerintahan Kerajaan Sealand juga bukan orang-orang ambisius yang ingin berbuat kekacauan. Sejak Roy Bates meninggal dunia pada 2 Oktober 2012, adalah William anaknya yang menjadi penerus kerajaan ini.
Dikutip dari sumber (kumparan), menurut Raja Michael, tidak masalah mereka mendapatkan pengakuan dari dunia. Yang terpenting adalah mereka tidak menimbulkan masalah dan bisa menjalankan kehidupan sehari-harinya.
Namun, mereka masih mengimpor kebutuhan lainnya dari dataran Inggris. Untuk pendapatan devisa, mereka berjualan cendera mata melalui sebuah toko on-line. Â
Yang berminat, bisa membeli kaos, mug, atau apa saja yang berlogo Kerajaan Sealand. Negara ini bahkan memiliki klub sepak bolanya yang bernama Sealand-Allstars. Entah apakah tim ini pernah bertanding, tapi yang jelas pernak-perniknya bisa ditemukan di toko maya mereka.
Belakangan Raja William bahkan punya ide untuk membuat perjalanan wisata ke negara ini. Satu-satunya akses hanya melalui kapal laut atau helikopter. Wisatawan mungkin bisa membeli paket tiket perjalanan dan menginap di negara yang hanya memiliki 30 kamar ini.
Bahkan bagi penduduk dunia yang "haus" kekuasaan, gelar Sir, Baron, Lord, atau Lady bisa menjadi pilihan. Cukup membayar sekitar 3 hingga 5 juta rupiah saja, sebuah sertifikat kebangsawanan akan melayang ke rumah Anda.
Berminat? Semuanya ada di situs toko on-line mereka.
Baru-baru ini, Raja William telah menawarkan 11 triliun bagi siapa pun yang ingin membeli negara ini. Tanpa pajak.
Tidak perlu kudeta atau pun mengobarkan perang besar. Dengan harga segitu, Anda sudah bisa menjadi raja sebelum usia 25 tahun. Lagipula bagus untuk dipamerkan di media sosial sebagai kamu yang berbeda.
Oh ya, negara ini memiliki mottonya juga lho, yakni "Dari Laut Kebebasan."
Kompasianer, ada yang mungkin berminat?
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI