Soekarno peduli dengan kesejahteraan pribadi Ahmad Yani. Ia turut serta memberi saran atas renovasi rumah Yani di Menteng. Soekarno bahkan hadir di acara syukuran rumahnya.
Yani memang memiliki perangai yang tidak sama dengan Nasution. Keduanya kerap berbeda pandangan terhadap bagaimana memimpin Angkatan Darat.
Sifat Nasution yang tegas tanpa kompromi bahkan sampai mengabaikan kehadiran Ibu Hartini, istri kedua Soekarno. Baginya, Ibu Negara yang sah adalah istri pertama, yaitu Fatmawati.
Sementara Yani yang terkesan lebih tidak peduli dengan urusan pribadi Soekarno, malah sering diundang ke Istana Bogor untuk makan siang bersama Soekarno dan Ibu Hartini.
Kelak ada juga rumor yang mengatakan bahwa Yani terprovokasi dengan gaya hidup flamboyan Soekarno. Ia akhirnya sempat tergoda mengambil seorang istri muda yang baru duduk di bangku SMA.
Baca juga: Kisah Poligami Jenderal di Era Soekarno, Libatkan Ahmad Yani, Isuka Sarwo Edhie
Semuanya terhenti ketika negari ini diterpa badai politik berbahaya. Pengaruh PKI semakin besar. Di bawah angin segar Soekarno, DN. Aidit kelihatan semakin berkuasa.
Satu-satunya halangan dari PKI adalah Angkatan Darat yang dikomandoi oleh Ahmad Yani. Aidit mulai berkonfrontasi dengan Ahmad Yani, ketika Yani dengan jelas-jelas menentang permintaan partai komunis untuk mempersenjatai kaum buruh dan tani.
Beredar pula isu Dewan Jenderal yang konon sedang berkolaborasi dengan barat untuk menumpas pengaruh komunis di Indonesia. Disebutkan bahwa Dewan Jenderal ini akan mengkudeta Soekarno yang lebih pro ke blok timur Soviet dan Tiongkok.
Soekarno tidak senang. Hubungannya dengan Ahmad Yani mulai merenggang. Puncaknya Soekarno ingin menggantikan Yani dengan Jenderal Morsjid.
Akan tetapi, tidak pernah terjadi karena Ahmad Yani selalu menunda untuk bertemu Presiden.