Tempat yang dipilih adalah sebuah warung kopi sederhana di bilangan jalan A.P. Pattarani. Menunya sederhana, tapi pengunjungnya berjubel. Yang saya heran, di warung kopi itu, sang Gubernur sepertinya "tidak terlalu dikenal."
Saya membayangkan banyak orang yang ingin mengajaknya berfoto. Ternyata saya salah. Justru sang Gubernur ini yang kelihatan lebih banyak menyapa orang-orang di sekitarnya.
Rupa-rupanya warung kopi tersebut adalah langganan SYL. Seluruh pelanggan di sana sudah sering melihat sang Komandan duduk bersama tamunya.
SYL lanjut menjelaskan. Ia mengatakan apa yang ia lakukan di warung kopi tersebut adalah wujud kedekatannya dengan rakyat. Jika ada yang ingin berbicara kepadanya, ia tak segan-segan menemani sambil minum kopi.
Kisah ini mengingatkanku pada cerita Bahar, supir pribadi yang telah menemaniku selama 20 tahun. Daeng Bahar adalah warga asli Kabupaten Gowa. Sang Gubernur dulunya adalah Bupati Gowa.
Bahar selalu memberikan pujian kepada SYL yang menurutnya tidak segan-segan mengunjungi dan menyapa warga hingga ke pelosok.
Namun, apa yang kami diskusikan pada malam hari itu tidak seperti itu. Pada saat membahas mengenai trik dan tip public speaking, beliau lebih banyak diam dan bertanya.
Sesekali, beliau tampak seperti menghafal dan mengulang beberapa teori dari Donny De Keizer. Menurutku, SYL ini tak pernah ragu belajar dari orang yang dianggapnya memiliki pengalaman.
**
Persahabatan tidak berhenti sampai di situ. Setelah pertemuan pertama tersebut, SYL terkadang masih menelpon kami untuk sekedar berbicara sigkat seputaran dunia public speaking.