Kendati demikian, Herman lebih dikenal sebagai promotor tinju kelas dunia. Di masanya, tidak ada seorang pun yang menggeluti pekerjaan tersebut.
Rasa cinta Herman pada olahraga bertinju, sedikit banyak memberikan nama besar bagi Indonesia. Herman suka membawa petinju binaannya bertanding ke mancanegara.
Ia juga yang pertama membuat pertandingan internasional di Indonesia. Tujuannya agar petinju di Indonesia bisa dikenal di forum internasional.
Pertandingan tinju antara Saoul Mamby (Amerika Serikat) dan Thomas Americo (Indonesia) adalah karya Herman Sudiro.
Saat itu Thomas Americo berpeluang untuk merebut sabuk WBC Super Ringan dari tangan Mamby. Sayangnya dia kalah. Mamby menang angka 147-139, 146-141, 146-146.
Thomas Americo adalah salah satu petunju asuhan Herman yang bersinar. Total petinju yang diasuhnya hingga tahun 1992, telah mencapai 100an petinju.
Herman memiliki jiwa sosial yang besar. Petinju asuhannya banyak yang berasal dari bekas preman, tukang pukul, hingga pembunuh. Apa yang dilakukan Herman telah mengubah kehidupan bagi petinju asuhannya.
Satria Kinayungan juga terbuka untuk umum. Penduduk di sekitar lokasi bebas menggunakan fasilitas di sana. Mulai dari lapangan badminton atau hanya sekedar melihat orang berlatih menunggang kuda.
Selain itu, Herman Sudiro mungkin satu-satunya perwiran militer yang terjun sebagai bintang film di Indonesia. Tercatat 12 fim pernah ia bintangi pada dekade 80an.
Terang Bulan di Tengah Hari, Masizi, Roman Picisan, adalah sederet film Indonesia yang pernah dibitanginya.
Di usianya yang semakin tua, penampilan Herman tidak pernah redup. Ia tidak segan-segan menggunakan busana ala militer dan mengendarai Harley Davidson kesukaannya.