Dalam kenyataannya, korban yang dibunuh, bukan militer. Tapi, sipil.
Misionaris John Magee menceritakan bahwa milter jepang membunuh warga sipil dengan cara yang sama dengan berburu kelinci.
Para korban dianiaya dan dipenggal. Para tentara kemudian berfoto dengan mayat hasil "buruannya" sambil tersenyum.
Pemerkosaan Massal
Aksi tentara jepang semakin menjadi-jadi. Aksi perkosaan dianggap sebagai angin lalu. Mereka tak segan-segan mendatangi rumah ke rumah dan menyeret keluar wanita-wanita ke jalan.
Wanita tersebut diperkosa lalu dibunuh. Tidak peduli usianya. Mulai dari anak di bawah umur hingga nenek renta. Mayatnya dibiarkan tergeletak begitu saja di jalanan.
Seorang misionaris di Nanking, James M. McCallum menulis pada bukunya, "Saya memperkirakan setidaknya 1000 kasus pemerkosaan yang terjadi setiap malam. Itu belum termasuk di siang hari."
Namun, memperkosa dengan cara biasa rasanya kurang menghibur. Para tentara yang kesetanan melakukan pemerkosaan dengan cara terburuk.
Mereka memaksa para keluarga memperkosa keluarga mereka sendiri. Manusia layaknya binatang. Tidak ada nilainya sama sekali.
Selama tragedi Nanking berlangsung, tercatat 300 ribu warga sipil terbunuh dan 20 ribu wanita diperkosa hanya dalam hitungan pekan.