Buku tersebut lagi-lagi menyasar pemerintah Jepang. Mengisahkan mengenai perjalanan maut tahanan tentara Sekutu dan Filipina yang dipaksa berjalan kaki ratusan kilometer oleh tentara jepang selama enam hari dalam cuaca ekstrim dan sedikit makanan. Â
Iris mengalami depresi berat dan tidak mampu meninggalkan kamar hotelnya di Louisville. Ia didiagnosis menderita sakit psikosis reaktif dan harus menjalani rawat inap selama tiga hari. Setelah kepulangannya, Iris masih menderita depresi.
Selasa, 9 November 2004. Seorang petugas perusahaan air minum AS menemukan mayat Iris di mobilnya di sebuah jalan raya 17, California.
Iris diduga bunuh diri dengan cara menembakkan dirinya sendiri di mulut dengan sebuah pistol.Â
Pesan Kepada Orang Tercinta
Sebelum meninggal, Iris telah meninggalkan tiga pesan kepada suami dan saudara laki-lakinya.
"[...] Saya tahu bahwa tindakan saya akan memindahkan penderitaan ini kepada orang lain, bahkan kepada orang yang paling mencintai saya. [...] Maafkanlah saya, karena saya tidak dapat memaafkan diriku sendiri."
Selepas kepergiannya, Iris mendapatkan banyak penghargaan. Sesama rekan penulisnya mempersembahkan karya literasi baginya.
Mo Hayder menulis novel untuknya, Jurnalis Richard Rongstad menulis elegi tentang Iris;
"Iris menyalakan sebuah pelita dan meneruskannya kepada orang lain. Janganlah biarkan api itu padam."
Â