Selama tiga tahun melakukan riset, Iris mewawancarai saksi yang masih hidup dan mengumpulkan bukti-bukti bersejarah. Apa yang ia temukan membuatnya merinding.
Semuanya mengenai kejahatan dan kekejaman mengerikan. Pemenggalan kepala, manusia yang dikubur hidup-hidup, mayat yang dibakar, aksi mutilasi, pemerkosaan massal, hingga kontes membunuh.
Ia tak bisa menerima perlakuan tentara Jepang pada sejarah Nanking, dan apa yang diperbuat terhadap tanah leluhurnya.Â
Kemarahan Iris semakin menjadi-jadi ketika mengetahui bahwasanya tidak ada permintaan maaf resmi dari pemerintah Jepang. Bukan hanya itu, para politisi di Jepang bahkan mencoba menghapus catatan sejarah kelam tersebut.
Iris pernah berkonfrontasi dengan duta besar Jepang untuk Amerika Serikat dalam sebuah siaran televisi. Penyebabnya karena sang duta besar menuduh Iris melakukan "penggambaran yang salah" pada bukunya.
Iris bahkan juga sering mendapatkan teror dan ancaman pembunuhan dari beberapa orang Jepang, setelah bukunya terbit.
Penulis Buku Terkenal
Sebelum Iris menerbitkan bukunya yang kontroversial, tidak banyak catatan sejarah yang membahasnya. Ternyata setelah Iris melakukan riset, ia menemukan ada upaya dari pemerintah Jepang yang secara sistematis menutupi kejadian keji tersebut.
Negara Amerika Serikat, tempatnya menetap pun terkesan tidak membahasnya. Tersebab pada saat itu, Jepang adalah sekutu strategis bagi NATO dan partner ekonomi untuk AS.
Buku tersebut menuai banyak pujian, karena kemampuan Iris untuk menceritakan secara detail kekejaman yang terjadi. Namun, karyanya juga tidak terlepas dari kritik. Terutama dari pihak yang pro Jepang yang meragukan keakuratan sumber.