"Kalau mau jadi penulis, laki-laki akan berpikir, sanggup atau tidak biayai keluarga," pungkas Hetih.
Hetih lanjut menjelaskan. Biasanya penerbit akan menyarankan menggantikan nama yang tidak terlalu lelaki bagi penulis fiksi pemula.
Jelas nama Budi atau Zaldy kurang menjual. Meskipun, ada juga penulis fiksi papan atas lelaki yang novelnya laku keras. Tapi, tetap saja, penerbit tidak ingin mengambil resiko.
Bagaimana dengan di Kompasiana?
Jika teori Hetih ini benar, maka harusnya produktivitas penulis wanita lebih banyak di K, dan tulisan mereka tentu lebih banyak terbaca.
Jadi, seharusnya salah jika di Kompasiana penulis wanita lebih sedikit jumlahnya. Begitu pula jika produktivitas mereka kurang. Apakah tulisan penulis wanita lebih kurang diminati, tentu juga salah.
Tentang Kanal Fiksi di Kompasiana
Okelah, yang dimaksud oleh Hetih mungkin adalah karya fiksi saja.
Kompasiana tidak melulu tentang fiksi. Masih banyak jenis tulisan lainnya yang bisa kamu temui di sini. Dengan demikian, maka peminat fiksi, yang sebagian besar adalah wanita, kemungkinan tidak membaca di Kompasiana.Â
Jika ditilik lagi, memang sih, kanal fiksi menempati tingkat keterbacaan yang lebih rendah dibandingkan dengan kanal lainnya. Politik, Olahraga, dan Humaniora misalnya.
Bagaimana dengan penulis fiksi di Kompasiana?
Engkong Felix menyertai 8 wanita yang berada pada urutan 50 terbesar penerima K-Rewards bulan Maret 2021.
Nomor 1 dan 2 ditempati oleh Rudy Gunawan (saya)Â dan Steven Chaniago. Kami berdua bukan penulis fiksi.
Pada urutan ke-tiga dan ke-empat ditempati oleh penulis wanita, yaitu Uli Hartati dan Desy Indah Hani. Sayangnya, mereka juga bukan penulis fiksi.