Pemilik klub yang telah menggelontorkan fulus tentu tidak mau rugi. Namun, banyak jalan menuju Roma. Liga sepak bola bukan hanya milik negara penyelenggara. Sudah menjadi tontonan dunia.
**
Tahun 2003, ketika Roman Abramovich membeli club Chelsea, mata publik mulai terbuka. Klub sepak bola adalah bisnis menggiurkan.Â
Uang yang digelontorkan tidak main-main. 140 juta pounds atau setara dengan 2,6 triliun rupiah. Chelsea langsung berubah menjadi klub kaya dan patut diperhitungkan.
Eugene Tenenbaum, anggota dewan Chelsea, mengungkapkan alasan Roman membeli klub Chelsea. "Roman suka tantangan, ia suka kemenangan, dan ingin membantu."
Akuisisi Roman pada Chelsea menimbulkan era baru di pentas klub sepak bola dunia. Tahun 2008, seorang pengusaha kaya asal Uni Emirat Arab, Sheik Mansour turut membeli salah satu klub Liga Inggris, Manchester City.
Sama dengan Chelsea, Manchester City berubah menjadi klub papan atas. Padahal di tahun-tahun sebelumnya klub ini masih menikmati posisi degradasi.
Tentunya, kaum tajir yang mengakuisisi klub tidak hanya termotivasi oleh idealisme semata. Fulus tentunya yang utama. Mereka adalah pengusaha yang terbiasa dengan untung-rugi.
**
Namun, Chelsea dan Manchester City hanya segelintir contoh kisah sukses.
Jangan lupa kisah Arsenal. Berubah menjadi klub tajir dengan stadium bintang lima. Apalagi yang masih kurang darinya. Sayangnya, minim prestasi.