Selain itu, pisang yang dibungkus oleh daun pisang juga memaknai kejujuran keharmonisan. Apa yang tampak di luar, sama dengan isinya. Dalam perkawinan, harapan yang muncul adalah keharmonisan suami-istri dalam menjalani bahtera rumah tangga yang langgeng. Saling jujur dan menghargai.
Bannang-bannang / Nennu-nennu'
Sesuai namanya, kue ini memang berbentuk benang yang kusut. Tapi, jangan tertipu dengan bentuknya, rasanya manis dan gurih.
Kue ini berbahan dasar tepung beras dan gula merah. Dibuat dengan cara digoreng. Rasanya kriyuk dan tahan lama jika disimpan dalam kondisi suhu ruang.
Bagi masyarakat Bugis-Makassar, filosofi kue ini berhubungan erat dengan pernikahan. Bentuknya bak benang yang tak memiliki ujung dan pangkal, melambangkan hubungan suami istri yang menyatu tanpa henti.
Namun, dalam kehidupan kue ini juga memiliki arti berbeda. Bentuknya yang kusut menandakan penerimaan diri apa adanya. Tidak perlu mempermasalahkan dari mana kita berasal, selama bermakna mulia, maka jangan segan untuk dilakukan.
Bagi para jomlo, rasa manis dari kue bannang-bannang ini juga mengartikan manisnya perjalanan cinta. Jadi, lestarikan budaya Indonesia dengan menggantikan kue ini dengan coklat di hari valentine nantinya.
Cucuru' Bayao
Kue ini berasal dari kabupaten Pangkep, tempat kelahiran yang sama dengan Sop Saudara.
Dalam bahasa Makassar, cuccuru artinya kue dan bayao adalah telur. Bentuknya pipih dan berwarna kuning tua (keemasan).
Bahan bakunya adalah tepung beras, kacang kenari, dan kuning telur yang banyak sekali. Rasanya manis, kadang terlalu manis sehingga sulit dinikmati oleh sebagian orang.