Seruan Soekarno tak pelak membuat darah muda Usman Janatin bergelora. Ia ingin membuktikan dirinya sebagai anak bawang yang berprestasi. Usman berhasil.Takada yang menyangka, kelak ia akan menjadi seorang pahlawan yang menjaga kedaulatan NKRI.
Operasi militer pun diluncurkan, Komando Mandala Siaga namanya. Usman mengajukan diri sebagai sukarelawan. Bersama dua orang lainnya, Harun Thohir, dan Gani bin Arup, mereka ditugaskan masuk jauh ke wilayah musuh, Singapura yang masih menjadi bagian dari Federasi Malaya.
Usman bersama kedua kawannya sebenarnya memiliki tugas berbeda. Melakukan aksi sabotase dengan memicu kerusuhan rasial. Saat itu, Singapura memang merupakan titik penting bagi Malaya, sebagai kota Pelabuhan dan poin distribusi internasional.
Namun, negeri ini juga menyimpan api dalam sekam. Sebagai daerah yang dihuni oleh mayoritas keturunan Tionghoa, konflik rasial bisa terjadi kapan saja. Memancing kerusuhan dan merusak instalasi-instalasi penting di singapura adalah aksi serangan yang direncanakan.
Namun, sayangnya tidak ada penjelasan lebih lanjut, mengapa Usman dan kawan-kawanya mengubah rencana awal.
Mereka berusaha melarikan diri dengan menggunakan motor boat yang dirampas. Tapi, apes bagi mereka, perahu tersebut mogok di tengah lautan.
Mereka tertangkap oleh kapal patrol Singapura dan terancam hukuman mati.
**
Di tahun yang sama, di bulan September 1965, Indonesia dilanda kekacauan politik yang luar biasa. Pemberontakan G30S PKI. Pucuk pimpinan tertinggi Republik Indonesia pun berganti. Soekarno menyerahkan kekuasaannya kepada Soeharto. Masa Orde Baru resmi dimulai.
Tanggal 15 Oktober 1965, pemerintahan Soeharto mengirimkan utusan ke Singapura untuk menyelamatkn nasib Usman dan Harun. Namun, perundingan tersebut gagal, Singapura tak bergeming dengan hukuman mati Usman-Harun.