Bagaimana pun juga warga Tionghoa pasti mencari korelasi antara nama Tionghoa warisan leluhur dengan nama yang dinasionalkan.
Mari mulai dari nama marga. Ada sekitar 300 marga yang tersebar di seluruh dunia. Di Indonesia ada beberapa nama marga yang cukup populer. Di antaranya adalah Liem, Thio (Tjang), dan Oei (Huang).
Nama belakang yang dinasionalkan menganut kepada pelafalan dasar, seperti;
Liem biasanya menjadi Salim, Halim, atau Liman.
Thio (Tjang) biasanya menggunakan Chandra, Thohir, dan lain-lain.
Saya sendiri bermarga Go (Wu). Nama Gunawan pun tersemat. Sementara sepupu lainnya menggunakan nama Gozal atau Gunadi.
Nama tengah dan depan biasanya digabungkan. Caranya adalah dengan menggunakan teknik yang sama, pelafalan, seperti dalam kasus Saleh (Shia-lai) di atas.
Ada juga yang menggunakan nama sesuai dengan agama yang diyakini. Misalkan nama Ali atau Nur bagi muslim, atau nama-nama kekristenan, dan juga nama sansekerta bagi Buddhis.
Sebagian lagi memilih nama-nama budaya. Seperti nama Jawa, atau nama lokal di tempat mereka berdomisili.
Bagi yang "tidak berafiliasi" biasanya memilih nama barat (kolonial) atau nama yang lebih umum sesuai dengan tokoh nasional yang dikagumi.Â
**