Suatu waktu lagi ada seorang pelanggan lain. Sebutkanlah namanya Radjadua. Ia menanyakan sesuatu yang tidak perlu dijawab.
"kamu kelahiran tahun berapa?" Entah apakah si Radjadua ingin jadi Numerolog atau ia adalah seorang psikolog.
Eka pun menjawab dengan diplomatis, "Ada yang bisa kami bantu, kak?"
Bukannya dijawab dengan sopan, si Radjadua malah memberi kuliah singkat tujuh jam tentang cara melayani pelanggan dengan baik.
**
Entah apa yang terjadi, setiap hari ada saja penelpon yang aneh-aneh. Mulai dari sekedar menanyakan harga, jam operasional toko, hingga ramalan cuaca.
Iya benar, kadang ada juga pelanggan yang ingin curhat. Mungkin karena terpikat dengan suara Eka yang merdu, ia pun lantas mengutarakan isi hatinya yang baru dighosting ama si Oji.
Si Radjatiga
Yang paling parah adalah yang merasa kenal dengan diriku. Seperti si Radjatiga yang dengan songongnya memaki-maki si Eka. Hanya gegara barang yang diinginkan kebetulan sedang habis.
Si Radjatiga lantas menelponku. Bukannya meminta pesanan atas barang yang stoknya sudah habis. Ia malah memfitnah si Eka atas pelayanannya yang buruk. Ya, jelas kurang ajar namanya.
Namun, si Eka tidak selamanya sedih. Kadang ia mendapatkan pelanggan yang tahu diri. Itu adalah berkah dan oasis bagi dirinya. Pesanan lancar, bicaranya sopan, dan sering pula mengucapkan terima kasih.
Kepada pelanggan-pelanggan yang baik hati itu, Eka malahan memberikan bonus. Nomor pribadi yang bisa dihubungi 24 jam sehari.