Kendala lainnya yang biasa ditemui juga adalah masalah keterbatasan dari sang wanita. Mereka ingin bercinta, tapi takut dipergoki. Belum lagi jika masih tinggal serumah dengan orangtuanya.
Akan tetapi, dampak psikologis para wanita Jepang ini tidak akan terjadi jika mereka berada di luar negeri.
Yamada mengakui lebih mudah melakukan nampa di luar Jepang. Ia pernah berjalan-jalan ke Guam, Hawaii, India, Korea, Hong Kong, Macau, Thailand. Di saat itu banyak gadis Jepang yang mudah menerima tantangannya.
Akhirnya Insaf
"Mungkin pada saat bulan madu nanti, kita akan ke Bali, Indonesia." Lanjut Yamada.
Saat ini dia mengakui akan melepaskan statusnya sebagai penampa dan juga guru nampa.
Yamada sudah bosan dengan cinta semalam. Ia menginginkan hubungan serius dan jangka panjang. Tempat di mana ia bisa berlabuh dan menjadi suami yang setia.
Ia memang sangat mencintai kekasihnya. Mereka berencana untuk menikah dalam waktu dekat.
Lagipula ibunya sudah sering bertanya kepada Yamada, "kapan kamu nikah?"Â
Ia belum memperkenalkan diri ke calon mertuanya. Tapi, Yamada sudah sigap untuk melakukannya sembari melamar calon istrinya.
Yamada memang sudah mapan. Pekerjaan sampingan sebagai guru nampa hanya dilakukan sebagai hobi saja. Tapi, saat sekarang ia sudah mulai bosan. Cinta semalam hanya seks saja. Tidak ada perasaan. Sementara cinta sejati adalah yang bisa dijalani seumur hidup nantinya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!