Jepang memang unik. Terkenal sebagai negara vulgar, tapi masyarakatnya sebenarnya malu-malu kucing.
Memproduksi banyak film porno, tapi kenyataannya jijik dengan seks. Maunya seks bebas, tapi berciuman di depan umum dianggap tidak beradab.
Baca juga:Â Jepang Negara Vulgar, Tetapi Banyak yang Jijik dengan Seks
Mengenal Nampa
Tapi, di zaman sekarang lokalisasi hanya bagi mereka yang sudah dianggap uzur. Para milenial lebih menyukai gaya "flirting" ala Hollywood. Suit-suit, cinta semalam hinggaplah sudah.
Saking getolnya para pemuda yang ingin menjadi Don Juan, aktivitas suit-suitan ini pun memiliki istilahnya sendiri. Yaitu, Nampa (atau Nanpa).Â
Nampa ini hanyalah istilah untuk lelaki ke wanita. Sebaliknya, jika sang wanita yang menggoda pria, maka namanya Gyakunan atau Gyakunampa (kebalikan dari nampa).
Sekolah Nampa
Sekolah Nampa pun sebenarnya hanyalah istilah. Bukan sekolah sungguhan. Hanya para murid mencari master Nampa yang jago dan berguru darinya. Bagaikan pendekar silat yang mencari suhu hingga ke ujung langit.
Tapi, tidak perlu sampai ke puncak gunung tertinggi. Guru-guru Nampa tersebar di seantero kota metropolitan Jepang, macam Tokyo atau Osaka.
Para guru biasanya mudah ditemukan melalui medsos atau dari mulut ke mulut dari murid-murid yang telah lulus.
Kisah Seorang Guru Nampa
Bayarannya termasuk teori dan juga praktek. Sang guru harus menunjukkan kemampuan nampanya yang dicontohi kepada murid.
Yamada sendiri adalah pria lajang berusia 30 tahun. Ia pertama kali belajar nampa dari gurunya 10 tahun sebelumnya. Meski sebagai seorang guru, Yamada tidak pernah membuka identitasnya kepada keluarga maupun sahabatnya.
Ia melakukan hobinya sendiri, dan juga mengajari orang-orang terpilih dengan penuh kerahasiaan.
Yamada juga menceritakan pengalamannya selama 10 tahun melakukan nampa. Kebanyakan sasarannya adalah wanita muda yang berusia 20 tahunan. Sedangkan "sekolahnya" ia bangun sekitar 5 tahun terakhir. Muridnya ada sekitar 100 orang.
"Ya, kira-kira dalam sebulan ada saja satu dua murid yang ingin belajar nampa," ungkap Yamada.
Semuanya adalah orang Jepang. Tidak ada orang asing, sebabnya Yamada tidak bisa berbahasa lain, kecuali Jepang.
Apakah kegiatan nampa melanggar hukum?
Scout sendiri adalah kegiatan perekrutan wanita muda untuk diajak sebagai artis porno atau prostitusi terselubung. Bayaran yang diterima oleh sang wanita cukup besar. Bisa puluhan hingga ratusan ribu yen.
Para scout juga mendapatkan bayaran yang tinggi. Jauh lebih banyak daripada menjadi guru Nampa. Tidak heran jika banyak nampa professional yang tergiur menjadi scout. Tapi, Yamada tidak melakukan itu.
"Resikonya besar. Melanggar hukum dan bisa kena delik pidana." Pungkas Yamada.
Kendati demikian, melakukan nampa juga bukan tanpa resiko. Mayoritas tujuan nampa berujung cinta satu malam. Tapi, ada juga untuk yang lain, seperti mencari jodoh.
Sepanjang dilakukan baik-baik seharusnya aman-aman saja. Namun, jika wanitanya merasa tidak nyaman dan melapor ke polisi, dan pelaku nampa bisa dikenakan pasal delik pidana undang-undang pelanggaran gangguan umum.
Lantas berapa lama waktu yang digunakan oleh para murid hingga mahir?
Hal terpenting menurut Yamada adalah kepercayaan diri, pintar berkomunikasi, dan juga penampilan harus baik.
"Tentunya harus pakai bahasa sopan dan halus, agar jika ditolak juga secara halus." Ungkap pria ganteng berkacamata ini.
Setelah sang wanita menerima penampa, gaya bahasa bebas silahkan digunakan. Tidak kalah penting adalah bisa memahami jalan pikiran wanita agar ia merasa nyaman. Ini sebagai jembatan agar sang wanita lebih santai dan menerima lelaki apa adanya. Termasuk ajakan untuk bercinta.
Yamada melanjutkan kisah pengalamannya. Dalam 100 muridnya selama 5 tahun terakhir, ada pula yang tidak pintar-pintar.
"Ada beberapa yang tidak bisa-bisa melakukan nampa. Mereka pikir sangat mudah padahal tidak punya kepercayaan diri untuk menggoda atau merayu wanita. Akhirnya langsung saja keluar dari pelajaran." Ungkap Yamada.
Tapi, tidak sedikit juga berhasil dan hingga kini telah menjadi penampa yang lihai dan sering terlihat di kawasan ramai kota Tokyo.
Apa alasan wanita mau digoda oleh penampa?
Menjadi penampa juga harus bisa melihat keadaan. Jangan mudah kecewa jika ternyata hubungan dengan sang wanita tidak berakhir di ranjang. Walau demikian, Yamada mengatakan bahwa kebanyakan hasil nampa adalah untuk hubungan jangka pendek saja.
Kendala lainnya yang biasa ditemui juga adalah masalah keterbatasan dari sang wanita. Mereka ingin bercinta, tapi takut dipergoki. Belum lagi jika masih tinggal serumah dengan orangtuanya.
Akan tetapi, dampak psikologis para wanita Jepang ini tidak akan terjadi jika mereka berada di luar negeri.
Yamada mengakui lebih mudah melakukan nampa di luar Jepang. Ia pernah berjalan-jalan ke Guam, Hawaii, India, Korea, Hong Kong, Macau, Thailand. Di saat itu banyak gadis Jepang yang mudah menerima tantangannya.
Akhirnya Insaf
"Mungkin pada saat bulan madu nanti, kita akan ke Bali, Indonesia." Lanjut Yamada.
Saat ini dia mengakui akan melepaskan statusnya sebagai penampa dan juga guru nampa.
Yamada sudah bosan dengan cinta semalam. Ia menginginkan hubungan serius dan jangka panjang. Tempat di mana ia bisa berlabuh dan menjadi suami yang setia.
Ia memang sangat mencintai kekasihnya. Mereka berencana untuk menikah dalam waktu dekat.
Lagipula ibunya sudah sering bertanya kepada Yamada, "kapan kamu nikah?"Â
Ia belum memperkenalkan diri ke calon mertuanya. Tapi, Yamada sudah sigap untuk melakukannya sembari melamar calon istrinya.
Yamada memang sudah mapan. Pekerjaan sampingan sebagai guru nampa hanya dilakukan sebagai hobi saja. Tapi, saat sekarang ia sudah mulai bosan. Cinta semalam hanya seks saja. Tidak ada perasaan. Sementara cinta sejati adalah yang bisa dijalani seumur hidup nantinya.
"Kalau nampa itu kan sepotong saja, jangka pendek saja, kalau sudah ngeseks ya selesai. Lalu cari baru dan seterusnya." Tutupnya mengakhiri wawancara dengan sumber (tribunnews.com).
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H