Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kerja Sampingan Seorang Pengusaha itu Berorganisasi

1 April 2021   19:08 Diperbarui: 1 April 2021   19:14 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terakhir diriku aktif di organisasi pada saat masih duduk di bangku SMA. Tepatnya sebagai Ketua OSIS di SMA Katolik Cendrawasih, Makassar do akhir tahun 80-an.

Sejak saat itu tidak pernah lagi.

Melewati proses hidup menjadi "orang" membuatku sibuk dengan urusan sendiri. Membangun perusahaan dari nol, tidak ada waktu yang benar-benar lowong untuk bersosialisasi apalagi mengurus organisasi.

Hingga akhirnya saya bertemu dengan Koh Albertus, seniorku sewaktu masih bersekolah dulu. Ia adalah seorang pengusaha yang juga aktif di berbagai organisasi sosial.

Dalam perjalanan menuju ke Jakarta dari Makassar, aku kemudian banyak berbincang dengannya. Tanpa segan ia mengajakku bergabung dalam kepengurusan organisasi PD INTI Sul-Sel (Indonesia Tionghoa Sulsel).

Meski aku masih kelihatan ragu, Koh Albert dengan yakin mengamini keputusanku menjadi salah satu ketua bidang.

"Pokoknya saya kasih masuk namamu, Rud," Ujarnya.

Awalnya segan, akhirnya mengangguk pelan. Dalam hati berpikir tidak ada salahnya juga. Toh, seluruh pengurus, terutama ketua Peter Gozal dan Sekretaris Albertus Jap adalah kawan-kawan lama.

**

Sebagai informasi tambahan, INTI adalah organisasi sosial kemasyarakatan yang berorientasi Kebangsaan Indonesia. Organisasi ini memiliki visi menghargai hak asasi manusia, egaliter, pluralis, inklusif, demokratis dan transparan.

Sedangkan misinya adalah berperan aktif dalam dinamika proses pembangunan bangsa, antara lain penuntasan masalah Tionghoa di Indonesia, menuju terwujudnya bangsa Indonesia yang kokoh, rukun bersatu dalam keharmonisan, bhinneka, saling menghargai dan saling percaya.

Perhimpunan INTI juga berkomitmen untuk tidak bernaung atau mengikatkan diri kepada salah satu partai politik dan terbuka bagi semua WNI yang setuju pada Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, serta tujuan organisasi.

Dengan demikian, meskipun ada embel-embel Tionghoanya, organisasi ini tidak tertutup bagi suku lain yang sehati untuk berjuang bersama.

Jujur bagian ini lah yang paling kusukai. Saya sering berseloroh dengan teman-teman organisasi.

"Jadi kalau tidak mau dikatai 'Cina' janganlah jadi 'Cina.'"

Tentu yang saya maksud dengan "Cina" di sini tidak bermaksud untuk mendiskreditkan warga Tionghoa. Semangat kebangsaan memang seharusnya sesuai dengan visi organisasi ini. Pembauran adalah hal yang harus dihormati.

**

Tanpa disadari, ini adalah tahun kelima saya bergabung dengan organisasi ini. Persepsi "buang-buang waktu" yang kuyakini dulu, sekarang tidak sama sekali.

Memang kerja ini tidak dinilai dengan uang. Bahkan kadang sampai harus mengocek kantung sendiri. Tekor judulnya.

Tapi, banyak sekali manfaat yang kudapatkan dari hasil "kerja sampinganku" ini.

Belajar Sesuatu yang Baru

Begitu menerima mandat organisasi, pak ketua langsung menjejaliku dengan tumpukan tugas. Semuanya hal baru, tapi justru saya syukuri.

Termasuk turut menukangi terbitnya majalah bulanan Warta Inti Sulsel.

Di sinilah saya belajar literasi dan interaksi dalam dunia jurnalis. Melalui guru dan sahabatku, Kompasianer M. Dahlan Abubakar. Beliau adalah seorang dosen sastra di UNHAS yang juga jurnalis senior di Makassar.

Saya juga belajar bagaimana mengelola sebuah media. Meskipun tidak berkecimpung di bisnis media. Tapi, manfaat yang saya dapatkan ternyata sangat besar.

Saya belajar mengenai teknik mengelola sirkulasi, publikasi dan distribusi majalah yang lebih baik. Suatu hal baru yang mungkin tidak pernah kudapatkan jika tidak bergabung dengan tim kecil ini.

Belajar Menguji Kepemimpinan

Di organisasi ini, saya menjabat sebagai Wakil Ketua I. Memimpin beberapa proyek penting. Menjalankan sebuah organisasi, tidak sama seperti memimpin perusahaan.

Di perusahaan, owner macam diriku memiliki kuasa penuh. Apa pun yang kuperintahkan tentu harus dituruti.

Tapi, kepemimpinan di organisasi adalah ujian alami. Menjadi ketua atau pimpinan bisa saja terjadi. Namun, jika diri tidak bijaksana, jangan harap akan dihomati.

Yang dipimpin bukanlah karyawan yang menerima gaji. Mereka adalah individu bebas yang mengabdi untuk organisasi. Jika diriku tidak belajar untuk mengakomodir kepentingan bersama, jangan harap akan dihormati.

Sesuatu hal yang tidak saya dapatkan jika tidak belajar organisasi.

Mengenal Orang-Orang Hebat

Dalam kehidupan organisasi, saya banyak berinteraksi dengan orang-orang hebat. Mulai dari pejabat daerah hingga tokoh nasional.

Mengorganisir acara-acara akbar, narasumber terkenal pun diundang. Meskipun hanya mengenal sesaat, paling tidak saya punya nomor telpon mereka. Lumayanlah untuk pamer.

Memperluas Jaringan

INTI adalah organisasi nasional. Pengurusnya pun bukan orang biasa. Banyak pengusaha nasional dan tokoh masyarakat terkenal. Suasana akrab selalu meliputi setiap interaksi. Meskipun tidak ada kepentingan bisnis, jaringan yang terbentuk adalah modal yang kuat suatu waktu nanti.

Belajar Kenyataan Sosial

Melaksanakan berbagai kegiatan sosial adalah hal yang wajib dilakukan. Berada di lapangan memberiku kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan kaum duafa atau korban bencana alam.

Bukan hanya sekedar masalah sumbangan saja. Air mata yang jatuh karena rasa haru cukup membuat diriku sadar. Masih banyak masalah di negeri ini yang membutuhkan uluran tangan kita.

Pelepas Stres

Satu hal yang tidak bisa didapatkan dalam kehidupan kerja. Setelah menyelesaikan bakti sosial, kumpul-kumpul di warung kopi adalah bagian yang paling menyenangkan.

Manusia memang membutuhkan teman. Memiliki teman seperjuangan adalah anugrah.

Semakin Mencintai Indonesia

Bangsa Indonesia memang hebat. Terlepas dari berbagai pandangan sinis yang timbul tentang negeri ini, masih banyak yang mencintainya. Berinteraksi dalam organisasi, saya berkesempatan untuk menilik banyak masukan dari berbagai pihak.

Sulit dijelaskan dengan kata-kata. Tapi, setiap interaksi yang muncul. Mulai dari sejarah perjuangan hingga kondisi nyata negeri ini, hanya bermuara kepada satu hal yang pasti. Aku semakin cinta Indonesia.

**

Nah, ini adalah segelintir manfaat yang saya dapatkan dengan "kerja sampingan" yang kulakoni. Tentunya masih banyak. Jika benar-benar dikumpulkan, akan menjadi berseri seperti tulisan Kompasianer Bunda Roselina Tjiptadinata.

Tentunya tidak semua orang berpikiran seperti ini. Masih banyak yang berpikir seperti diriku dulu. Masuk ke dalam organisasi adalah hal yang buang-buang waktu.

Tidak apa, setiap orang punya pendiriannya masing-masing. Bagi saya sendiri, jika tidak terlibat dalam organisasi, maka saya akan kehilangan dua hal yang paling berharga, yaitu;

Belajar berorganisasi dan menjadi bagian dari organisasi

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun