Mengadopsi anak masih memerlukan banyak pertimbangan. Tidak seperti membeli kulkas di toko. Beberapa pertanyaan harus dijawab. Apa jenis kelamin yang diinginkan? Apakah dari ras yang sama dengan orangtua? Apakah informasi latar belakangnya penting? Ini belum termasuk prosedur administrasi dan hukum yang harus dipelajari.
Sebagian tempat yang menyediakan jasa adopsi anak biasanya sudah lengkap dengan jasa pengurusan. Mereka juga kadang bisa menjelaskan mengenai latar belakang anak yang ingin diadopsi.
Kesiapan Mental
Namun, di antara semua itu yang terpenting adalah masalah komitmen. Memiliki anak bukan hanya pelengkap. Ia merupakan tujuan utama dari arti kasih sayang. Perubahan akan terjadi dalam keluarga. Kehadiran si kecil tidak hanya akan membawa suasana ceria, tapi juga konsekuensi lainnya.
Waktu kehamilan adalah proses alamiah untuk mempersiapkan momongan. Selama 9 bulan sang ibu sudah mempersiapkan diri untuk merawat anaknya. Waktu tunggu akan menempa mental untuk sebuah perubahan baru dalam hidup.
Sayangnya, proses adopsi tidak melalui hal ini. Apakah sang ibu sudah siap terbangun di tengah malam? Apakah sang ayah sudah siap mengorbankan waktu kerjanya demi tumbuh kembang anaknya?
Problema Kasih Sayang
Anak adopsi rentan dengan masalah psikologi. Sebagai orangtua yang mengadopsi, tentunya kasih sayang tidak akan terbuang. Komitmen sebelum mengadopsi sudah menyertainya.
Namun, sebagai manusia memarahi anak adalah manusiawi. Namun, jangan sesekali terlitas dalam pikiran untuk menyinggung status anak tersebut.
Tidak jarang kita mendengar ungkapan "dasar anak pungut" dari orangtua yang sedang marah kepada anak adopsinya. Hal itu akan membekas dan meninggalkan luka yang dalam.
Kalau pun kasih sayang tak berkurang dalam keluarga, pihak orangtua juga harus mempersiapkan mental untuk kelak menyampaikan mengenai statusnya kepada sang anak.
Sederet persiapan harus dilakukan, seperti di usia berapa? Siapa yang akan menyampaikan? Serta jawaban-jawaban yang akan dipersiapkan jika sang anak bertanya.
Ketika anak adopsi hanya sebagai pancingan, orangtua juga harus mempersiapkan dampak psikologis ketika ia mempunyai anak kandung. Apakah ia tetap memiliki kasih sayang yang sama? Bagaimana jika sang anak merasa tersisihkan? Tentu masukan seperti ini juga harus menjadi pertimbangan.