Mereka juga berfungsi sebagai penyedia logistik bagi pasukan. Caranya dengan mengumpulkan barang berharga untuk kepentingan perjuangan. Kalau perlu disita atau dirampok.Â
Kusni sangat lihai. Ia berhasil memboyong tiga toples emas dan berlian. Hasilnya dari merampok para saudagar kaya.Â
Kusni tidak tergiur dengan harta. Sebagian kepada negara. Sisanya untuk kawan-kawan seperjuangannya yang hidup susah.
Malang, 1950an
Indonesia menerima pengakuan kedaulatan negara oleh Belanda. Tidak bagi Kusni. Tubuh Angkatan Bersenjata RI direorganisasi. Tidak untuk Kusni.
Ia tidak diterima. Jasanya tak dikira. Ia pernah ditembak di kaki, pernah pula ditawan Belanda. Perjuangan tak menyambut gayung. Nasibnya terkatung-katung.
Kusni tidak memiliki keahlian lain selain berperang. Ia tak kunjung mendapat pekerjaan. Istri dan dua anak semata wayangnya tak bisa ditepis begitu saja.
Hingga akhirnya Kusni tidak memiliki pilihan. Beberapa teman seperjuangan berhasil dikumpulkan.Â
Tak bisa jadi tentara, lembah hitam jadi lirikan. Komplotan perampok pun dibentuknya. Bir Ali, Mulyadi, dan Abu Bakar dipimpinnya.
Kalau dulunya ia merampok demi Republik, sekarang ia merampok demi hidupnya.
Ibukota, 1950an
Aksi pertama Kusni Kasdut dan gengnya adalah menculik seorang dokter. Uang tebusannya 600 ribu rupiah. Ia berhasil. Selanjutnya seorang hartawan Arab. Namanya Ali Badjened.
Sebulan lamanya Kusni mencari informasi. Sampai kebiasaan Ali pun dihapal. Penculikan rencananya akan dilakukan pada saat Ali berkunjung ke rumah sahabatnya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!