"Entah mengapa kala itu, dalam keadaan kalut kami memutuskan untuk mengizinkan kremasi."Â Ungkap ayah David.
Kejanggalab lain terjadi ketika mereka ingin menemui Professor Chan Kap Luk dan rektor NTU. Semuanya enggan ditemui.
"Kalau memang dia korban, mengapa enggan ditemui?"Â Ujar William, kakak David yang dikutip dari sumber (metro.tempo.co)
Disebutkan ada konspirasi besar berlatar belakang kepentingan ekonomi di balik misteri ini. Tugas akhir David berjudul "Multiview Acquisition from Multi-camera Configuration for the Person Adaptive 3D Display."
Riset tersebut berisikan komponen yang bisa menayangkan objek tiga dimensi yang bisa tayang di udara. Modelnya seperti hologram yang melayang di udara. Secara komersil bisa digunakan untuk kepentingan iklan, gim virtual, hingga hiburan. Tapi, yang lebih sensitif lagi adalah kepentingan intelijen.
Disebutkan bahwa sosok digital dapat masuk ke dalam ruang tertentu melalui CCTV. Sementara gerakannya dipandu melalui teknologi pemindai gerak (motion capture). Teknologi ini juga bisa mengirim data, suara, layaknya manusia sungguhan yang sedang bekerja.Â
Sebenrnya beberapa perusahaan sudah mulai mengembangkan teknologi yang sama. Salah satunya adalah perusahaan teknologi hiburan di Hollywood, yaitu Lucas Art & Co. Namun, kehebatan dari sistem yang dikembangkan David adalah kesederhanaan. Cukup dengan software yang ia kembangkan menggunakan beberapa perangkat ringan, format video dan film bakal tayang di udara.Â
Menurut Hartono, penelitian David sudah 90% final saat diserahkan kepada pembimbingnya itu, sebelum ia tewas mengenaskan.
Ia mencurigai, motif pembunuhan karena penemuan David ini semakin nyata setelah pihak polisi enggan menyerahkan laptop David. Bahkan untuk dikloning sekalipun. Alasannya sebagai barang bukti. Namun, dalam persidangan sama sekali tidak disinggung.Â