Tidak heran, jika si Uping kemudian doyan doenjang, meskipun ia tidak suka kacang kedelai. Padahal sama saja.
Selera makanan juga sangat berhubungan dengan pengalaman
![Ilustrasi Makanan Korea (sumber: lifestyle.sindonews.com)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/03/06/6-lifestyle-sindonews-6042f999d541df34ee198f72.jpg?t=o&v=555)
Tanpa kita sadari otak kita telah mengasosiasikan bentuk, warna, dan bau makanan terhadap pengalaman-pengalaman tertentu. Jadi jika mantanmu adalah orang Korea, dijamin Anda tidak berselera dengan makanan korea.
Semuanya terkait Gen
![Ilustrasi Makanan Korea (sumber: liputan6.com)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/03/06/6-liputan6-6042f9bcd541df2ee4011293.jpg?t=o&v=555)
Timbullah palatabilitas atau derajat kesukaan makanan yang menyebabkan persepsi yang berbeda bagi setiap orang. Ini menjelaskan mengapa tidak semua orang menyukai atau membenci makanan yang sama.
Masalah budaya juga berpengaruh pada palatabilitas. Orang India menyukai bau kari yang tajam, tapi tidak bagi orang kaukasia pada umumnya.
Terkait Gender
![Ilustrasi Makanan Korea (sumber: tokopedia.com)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/03/06/6-tokopedia-6042fa318ede4829500165f2.jpg?t=o&v=555)
Disebutkan bahwa makanan sehat identik dengan sifat feminin, sedangkan makanan tidak sehat dengan maskunilitas.
"Pesertanya memperingkat produk yang terasa lebih enak ketika kesehatan dan 'gender' disandingkan,"Â tulis Luke Zhu, salah satu anggota peneliti.
Dengan demikian, selera makanan juga berhubungan dengan stereotip gender.
Lantas mengapa makanan Korea begitu cepat mengubah selera soto dan nasi padang?
![Ilustrasi Makanan Korea (sumber: kumparan.com)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/03/06/6-kumparan-6042fa908ede483b227b63b2.jpg?t=o&v=555)