Konon setelah perselingkuhan itu "bocor," istri sang pengusaha tidak bisa terima. Suatu malam di jalan keluar kompleks. Ditje ditembak di bagian kepala.
Ditje dihabisi dengan keji. Meski dirinya sedang hamil dua bulan. Â
**
Hidup Pak De memang tidak selalu lurus. Di tahun 1965 ia pernah masuk penjara. Tersebab mencuri baju di sebuah konveksi.
Ia juga pernah menganggur beberapa tahun. Setelah akhirnya pindah ke Jakarta. Ia menemukan jimatnya dengan berjualan barang-barang klenik. Di sanalah ia mengenal Ditje dan pacarnya.
Setelah 14 tahun dipenjara, Presiden BJ. Habibie memberinya grasi. Akhir Desember 2000, Pak De meninggalkan Cipinang dengan bebas bersyarat.
"Saya tidak membunuh Ditje." Pak De mengatakan kepada setiap orang.
Ia merasa menjadi kambing hitam. Atas dosa yang tidak ia lakukan. Atas nama perintah, semua harus dikerjakan. Begitulah yang selalu ada di benaknya.
"Sebenarnya saat itu polisi tahu pembunuhnya."Â Ujar Pak De.
Di penghujung senja seharusnya ia tinggal menikmati sisa usianya. Namun, cap sebagai bekas pembunuh masih melekat pada dirinya. Ia tidak merasa nyaman. Terutama jika diwariskan kepada anak cucunya.
Upaya hukum terakhir pun ditempuhnya. Meski dengan resiko pemulihan nama baik sudah tamat. Jika Peninjauan Kembali (PK) Pak De ditolak. Tapi, semua terasa pantas. Terlebih setelah Soeharto tak lagi menjabat.