Potret kejadian 100 tahun yang silam masih terbenam hingga menjadi warisan. Prostitusi memang telah berada di bumi Nusantara jauh sebelum Indonesia ada. Para pelacur selalu mendapat lambang sebagai sampah masyarakat, tapi eksistensi mereka adalah simbol dari sikap sampah sosial.Â
Seorang Belanda terhormat, kaya, dan berpengaruh tidak akan menyangka bahwa status bukan segalanya. Ia harus merenggang nyawa demi seorang pelacur pribumi.
Meski keadilan sudah ditegakkan, Fientje-Fientje baru akan selalu bermunculan. Hingga pada akhirnya keadilan adalah;
"Hidup yang berarti, dan mati lebih berharga lagi." ~ Pramoedya Ananta Toer.
Â
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H