Sadar bahwa ia tidak lagi memiliki banyak kesempatan, ia pun mengarahkan pesawatnya menyasar pangkalan Udara AS, Hangar 101. Serangannya berhasil meluluhlantakkan pangkalan udara tersebut. Aksi Liada pun dianggap sebagai serangan Kamikaze pertama tentara Jepang.Â
Sadar bahwa program ini menuai banyak kontroversi, Kaisar Hirohito tidak tinggal diam. Masih dari kesaksian Horiyama, ia mengingat saat Kaisar Hirohito mengunjungi unit pasukannya.
"Saya pikir kedatangan kaisar dengan kuda putihnya, merupakan tanda bahwa ia secara pribadi meminta kami untuk melayaninya dengan mematuhi perintah yang akan diberikan olehnya. Aku tahu bahwa aku tidak punya pilihan selain rela mati untuk dia," ucap Horiyama.
Kunjungan Kaisar Hirohito kepada unit pasukan ini dianggap sebagai dukungan moral dari tongkat komando tertinggi di Jepang. Kejadian ini tentu membawa perasaan bangga bagi keluarga yang akan ditinggalkan.
Namun, bukan namanya perang jika tidak kejam. Beredar sebuah rumor bahwa para pilot Kamikaze juga telah menjalankan sebuah program yang sangat keras di bawah ancaman yang sangat sadis.
Selain dilatih dengan kemampuan tempur yang mumpuni, mereka juga digembleng secara mental. Atau dengan kata lain, digembleng dengan ancaman.
Selama pelatihan, mereka sudah tidak bisa lagi bertemu dengan keluarga. Tidak ada jalan mundur, mereka harus rela mati tanpa terkecuali. Bagi yang membangkang, seluruh keluarga mereka akan dipenggal oleh tentara kekaisaran Jepang sebagai hukuman.
Bom dihujamkan. Pesawat dibenturkan. Serangan bertubi-tubi datang dari berbagai penjuru tanpa ampun kepada pasukan Amerika. Kekuatan Amerika turun drastis. 9 kapal tenggelam, 78 lainnya rusak. Serangan ini mampu menjatuhkan mental pasukan Amerika Serikat.
Hingga akhirnya pada 15 Agustus 1945, Kaisar Hirohito mengumumkan akhir perang. Jepang menyerah kepada sekutu ketika Hiroshima dan Nagasaki dihancurkan oleh bom atom dari Amerika Serikat.