Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Gus Dur, Imlek, dan Semangat Kebangsaan Non Rasial

12 Februari 2021   07:51 Diperbarui: 12 Februari 2021   07:52 1308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Foto Budi S Tanuwibowo (sumber: beritasatu.com)
Foto Budi S Tanuwibowo (sumber: beritasatu.com)
Perayaan Imlek dan Cap Go Meh tentu akan terhambat Inpres Nomor 14 Tahun 1967, tapi Gus Dur dengan spontan mengatakan akan mencabut Inpres tersebut. (Berita ini pernah dilansir di harian Kompas 7 Februari 2016).

Surat Bukti Kewarganegaraan RI yang Diskriminatif

Pencabutan larangan merayakan imlek kemudian disusul dengan penghapusan aturan diskriminatif lainnya. Pada tahun 2004 Gus Dur menyebutkan masih ada 4.126 peraturan yang memicu diskriminasi. Salah satunya adalah SBKRI.

"Soal SBKRI itu kan sesuatu yang tidak ada gunanya. Dimana-mana di dunia, kalau orang lagir ya yang dipakai akta kelahiran, orang menikah ya surat kawin, tidak ada surat bukti kewarganegaraan." Ujar Gus Dur dikutip dari Harian Kompas, 11 Maret 2004.

Contoh SBKRI (sumber: wikipedia.org)
Contoh SBKRI (sumber: wikipedia.org)
Gus Dur mengatakan bahwa etnis Tionghoa juga merupakan bagian dari Bangsa Indonesia. Olehnya cucu tokoh pendiri Nahdlatul Ulama ini meminta seluruh lapisan masyarakat untuk memberikan hak dan kesempatan yang sama.

"Mereka adalah Orang Indonesia, tidak boleh dikucilkan hanya diberi satu tempat saja. Kalau ada yang mencerca mereka tidak aktif di masyarakat, itu karena tidak diberi kesempatan," pungkas Gus Dur.

Gus Dur: Saya Ini China Tulen...

Bukan Gus Dur namanya jika tidak bikin heboh. Dalam berbagai kesempatan ia sering mengatakan bahwa,

"Saya ini China Tulen sebenarnya, tetapi ya sudah nyampurlah dengan Arab, India." (Kompas 30 Januari 2008).

Berdasarkan cerita Gus Dur yang sempat menelusuri silsilahnya hingga ke negeri China, ia merupakan keturunan dari Putri Cempa yang menjadi selir dengan raja di Indonesia.

Ilustrasi (sumber: nu.or.id)
Ilustrasi (sumber: nu.or.id)
Putri Cempa memiliki dua anak, yakni Tang Eng Hwan dan Tan A Hok. Tang Eng Hwan dikenal sebagai Raden Patah, sementara Tan A Hok adalah seorang mantan jenderal yang pernah menjadi duta besar di China.

Dari garis Raden Patah Gus Dur mengaku mendapatkan keturunan Tionghoanya. Pengakuan Gus Dur ini juga dikuatkan oleh tokoh NU, Said Agil Siradj, pada tahun 1998 yang tertulis dalam buku: Gus Dur Bapak Tionghoa Indonesia.

Sekiranya kita melihat secara bijak mengenai garis keturunan Gus Dur ini, adakah dari kita yang berani menjamin dirinya adalah 100% beretnis Tionghoa atau 100% tidak memiliki darah turunan Tionghoa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun