Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Prabowo Diam, Taktik Maut atau Harakiri?

27 Januari 2021   20:09 Diperbarui: 27 Januari 2021   20:24 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Prabowo Diam, Taktik Maut atau Harakiri (sumber: pemilu.tempo.co)

Bisa jadi apa yang dikatakan Maksimus benar. Bila banyak bertingkah, Prabowo bisa saja dinilai caper dan sekadar pencitraan. Hal ini bagi sebagian publik sudah dianggap jualan basi.

Di zaman serba modern dengan akses digital tanpa batas, informasi begitu cepat dan mudah. Ini yang mungkin dikhawatirkan Prabowo. Bila publik menilai setiap gerak langkahnya hanya demi pencitraan, maka akan menjadi boomerang. Lawan politiknya akan menyerang dengan narasi yang menghasut. Akibatnya, elektoral politiknya akan menjadi buruk.

Atau mungkin bisa saja sebaliknya, Prabowo bisa sangat percaya diri. Ia mungkin merasa tidak membutuhkan lagi pencitraan dan popularitas. Ia yakin bahwa seluruh warga negara Indonesia telah mengenalnya. Bekal sebagai politisi senior yang berpengalaman dalam ajang pilpres, tentu cukup membuat elektabilitasnya selama ini masih terjaga dengan baik.

Namun, apakah dengan diam lantas Prabowo dapat merangkul pendukung Jokowi?

"Saya kurang sependapat bila diamnya Prabowo bisa merangkul para pendukung Presiden Jokowi"

Demikian penilaian Kompasianer Elang Salamina dari hasil diskusi materi ini bersama penulis pada selasa 26.01.2021 malam. Elang bahkan memaknai diamnya Prabowo sebagai harakiri politik.

Dalam tradisi Jepang, harakiri adalah bunuh diri dengan cara merobek perut dengan pedang pendek. Kalau diterjemahkan bebas, artinya bunuh diri.   Alasannya karena publik bisa saja menilai bahwa diamnya Prabowo sebagai sikap manca-mencle, alias tidak punya prinsip.

Lebih lanjut menurut Elang, paramater penilaian ini mudah saja ditebak. Yakni, adanya prilaku berseberangan yang diperlihatkan oleh beberapa anak buahnya di Partai Gerindra. Misal, Fadli Zon dan Habiburokhman. Kedua orang ini kerap mengkritisi pemerintah.

Andai Prabowo memperlihatkan sedikit saja ketegasan dengan cara menegur atau memberikan sanksi pada Fadli dan Habiburokhman, bisa jadi para pendukung Presiden Jokowi akan bersimpati dengan dua jempol. Namun tetap saja, manta Danjend Kopasus ini malah cenderung tidak peduli.  

Dengan begitu, taktik maut Prabowo bukan tak mungkin malah jadi blunder. Alih-alih mampu merangkul, yang ada malah ditinggalkan massa pendukung Jokowi.

Akhir kata, Kompasianer Terpopuler 2020 ini mengatakan, bila hal itu terjadi, jelas diamnya Prabowo malah menjadi lonceng kematian karier politiknya. Bukan hanya tidak dilirik massa pendukung Jokowi, tetapi juga ditinggalkan oleh kelompok oposisi yang sejak awal telah merasa dikhianati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun