Saat ini telah dilakukan kerja sama lebih lanjut antara BOSF, Pusat Studi Satwa Primata LPPM-IPB, dan Program Studi Primatologi Sekolah Pasca Sarjana IPB.
Langkah konkrit yang diambil mencakup 1) penelitian dan studi kasus meliodosis, 2) Upaya pencegahan dan penanggulangan, 3) Diagnosis dan pengobatan Meliodosis, hingga 4) Menerbitkan satu artikel di jurnal internasional bereputasi terkait Meliodosis pada orangutan Kalimantan.
Penemuan Terbaru
Para peneliti dari Griffith University dan Bond University, Australia menemukan fakta lain dari bakteri ini. Meliodosis mampu mematikan korbannya dalam waktu sehari atau 24 jam.
Pada umumnya, bakteri ini masuk ke tubuh melalui air yang diminum atau luka pada tubuh. Namun, ketika seseorang menghirup udara dari tanah yang mengandung bakteri, ia pun bisa terinfeksi.
Dengan kata lain manusia bisa terjangkit melalui udara (airborne) dan masuk ke saluran pernapasan. Sekali memasuki sistem pada tubuh manusia, bakteri ini menyebar hingga ke otak, saraf tulang belakang, dan mematikan.Â
"Bayangkan berjalan di sekitar dan Anda mengendus itu dari tanah dan hari berikutnya Anda punya bakteri ini dalam otak, dan merusak sumsum tulang belakang,"Â kata Dr James St John, Kepala Griffith Clem Jones Centre for Neurobiology and Stem Cell Research.
Senjata Biologi
Senada dengan hal ini, Profesor Ifor Beacham dari Institute Glycomics mengatakan bukan hal aneh jika bakteri ini masuk melalui hidung. Namun, yang menjadi persoalan adalah kecepatan bakteri ini menyebar ke organ tubuh.
Perlu menjadi perhatian dari dunia medis akan bahaya penyakit ini. Bukan saja dari minimnya pengetahuan, kurangnya pengawasan, hingga jumlah korban yang ditimbulkan lagi.
Lebih lanjut, Dr. St. John juga menambahkan sebuah bahaya yang lebih dahsyat lagi. Bakteri ini memiliki kategori dan potensi untuk digunakan sebagai senjata biologi. Oleh sebab itu, tidak bisa dihiraukan.
SalamAngka