Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Di Kota Daeng, Saudara Dijadikan "Sop"

24 Januari 2021   18:59 Diperbarui: 26 Januari 2021   02:53 1107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sop Saudara (sumber: resepoki.com)

Salah satu yang kubanggakan dari kota kelahiranku adalah kulinernya. Siapa saja yang datang ke Makassar, pasti akan mencoba beragam rasa yang terpampang di setiap sudut kota.

Pun halnya dengan para perantau yang berjibaku mencari sesuap nasi di negeri seberang. Kalau pulang kampung, sudah pasti wajib makang-makang.  

Sebagai mantan perantau, aku sadari betul bagaimana tersiksanya hidup dalam balutan rindu. Makanan khas kota Daeng. Coto Makassar, Palu Basa, Sop Konro, Ikang Bakar, dan ilustrasi lainnya dijamin bisa bikin Daeng Khrisna tidak tidur 3 hari 3 malam.

Ya, sobatku yang satu ini selalu menjadi korban perundunganku. Kalau Engkong Felix suka mencari kebahagiaan di tengah kesalahan orang lain. Saya sendiri memilih mencari penderitaan orang lain di tengah rasa rindunya yang membuncah.

Semacam pesan agar ia harus selalu mengingat kampung halamannya. Semacam ekspresi agar ia tahu bahwa kota kelahirannya takada duanya. Semacam ilustrasi agar ia tahu kalau makanan Makassar itu tak tergantikan.

Mungkin banyak yang masih berpikir bahwa orang Makassar itu kasar-kasar. Meski jelas halu, tapi stereotip ini masih berlaku.

"Saudara saja dijadikan Sop."

Ini adalah candaan yang sering aku dengar dari para sahabat yang diajak berkuliner ria di kota Makassar. Sop Saudara Namanya. Salah satu makanan favoritku yang tak tergantikan oleh apa pun.

Bagi yang belum pernah mencoba makanan ini, aku akan mengajak Anda untuk berimajinasi, betapa lezatnya masakan yang satu ini.

Hidangan ini merupakan kuah yang berisikan daging sapi, bihun, dan perkedel kentang yang disajikan dengan sepiring nasi. Sepintas modelnya mirip dengan Coto Makassar, tetapi berbeda.

Aroma khas bumbu rempah akan segera membuatmu lapar. Wangi daun kemangi memicu air liur meluber. Perasaan semakin menggila tatkala kuah panas disruput perlahan ke dalam mulut.

Lidah menggeliat menahan rasa tak tertahankan. Ingin segera rasanya menyantap daging sapi segar yang berwarna kecoklatan. Tapi tunggu dulu...

Jangan lupa menambah sedikit garam, jeruk nipis, kecap manis, bawang goreng, dan sambal tumis.  Maknyussss, enak kaleee!!!

Kalau saya sih, suka menambahkan kondimen pelengkap. Entahlah kalau Daeng Khrisna suka juga dengan telur itik rebus ini.

Ayo, segera dilumat, Sop Saudara lezat akan terasa enak jika dihidangkan panas. Sendok demi sendok kuah hangat masuk ke dalam tenggorokan. Melupakan duka dan susah akibat flu berat. "Nyamanngnaaa..," begitu ekspresi orang Makassar.

Daging dan jeroan sapi yang empuk turut meramaikan pertarungan lidah mengikis rasa lapar yang bergejolak. Ada daging, lidah, paru, hati, jantung dan tidak lupa bagian favoritku, pipi sapi.  Rasanya, k*bul*mpe legit!

Takusah engkau sangkali nikmatnya. Campuran bawang putih, bawang merah, buah kemiri, buah kunyit, ketumbar, jahe, hingga kayu manis membuat Sop Saudara ini tiada pesaingnya.

Wangi terasa mampu membuat diri lupa daratan. Nasi putih yang hangat tercampur kuah sop yang gurih, membuat diri semakin lahap menyantap.

Kuah harum tak lagi tersisa, daging lembut habis diembat, perkedel kentang legit lenyap sudah. Aku menyelesaikan jilatan terakhir dengan beberapa helai bihun yang sudah tercampur dengan rasa daging sapi yang gurih. "Assauna' Dottoro..."

"Saudara saja dijadikan Sop."

Mungkin ini yang sedang dipikirkan oleh saudaraku, Daeng Khrisna yang merasa dirinya baru saja "disop". Aku bisa membayangkan betapa tulisan ini membuatnya jadi gila. Ah, sudahlah, abaikan saja.

Mari kita kembali kepada pokok bahasan. Mengapa hidangan ini dinamakan Sop Saudara?

Sebenarnya, kuliner ini adalah khas kabupaten Pangkep yang terletak sekitar 60 km di sebelah utara kota Makassar. Di tempat asalnya, kita akan sering menjumpai warung-warung yang menyediakan sop di pinggir jalan. Biasanya disajikan bersamaan dengan ikan bolu atau ikan bandeng bakar.

Asal usul dan sejarah Sop Saudara tidak bisa terlepas dari kisah perjalanan hidup Bapak Haji Abdullah alias Haji Dollahi. Beliaulah yang pertama kali menemukan dan meracik resep Sop Saudara ini.

H. Dollahi memulai karirnya sebagai pelayan warung. Pada tahun 1957, seorang warga Pangkep bernama H. Subair, membuka warung Sop Daging di bilangan Pasar Bambu Makassar, sekitar jalan Irian/ jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo.

Pengalamannya 3 tahun sebagai pelayan membuat ia banyak mempelajari resep sop daging buatan Haji Subair. Hingga akhirnya pada tahun 1960, ketika Pasar Senggol yang berlokasi di sekitar lapangan Karebosi dibuka, H. Dollahi memutuskan untuk mendirikan usaha warungnya sendiri.

Ia dibantu oleh 14 orang karyawan yang berasal dari keluarga sendiri. Agar lebih istimewa dari sop daging racikan seniornya, H. Dollahi menambahkan beberapa jenis bumbu baru pada sup kreasinya.

Bukan hanya membuat terobosan rasa, H. Dollahi juga memberikan nama yang tidak biasa pada masakan ciptaannya.

SOP SAUDARA, yang berarti "Saya Orang Pangkep, Saudara!"

Sama sekali tidak bermaksud mempromosikan kekerasan.

Mengapa hingga nama unik ini terjadi? Alasan H. Dollahi ternyata sangat sederhana. Ia terinspirasi dengan nama warung Coto Paraikatte yang juga terkenal saat itu.

Dalam bahasa Makassar, Paraikatte berarti sesama kita. Selain menjadi nama merek, kata Paraikatte juga berbentuk semacam ajakan untuk menikmati menu rumahan sebagai sesama orang Makassar.

Tidak mau kalah dengan Paraikatte, H. Dollahi juga berinspirasi agar para tamu yang datang ke warungnya juga merasa "bersaudara." Visi yang hendak disampaikan olehnya adalah semangat persaudaraan dan nilai kekeluargaan.

Uniknya, meskipun merupakan makanan khas Kabupaten Pangkep, penamaan Sop Saudara justru populer pertama kalinya di kota Makassar.

Kini Sop Saudara ini menjadi salah satu identitas Kabupaten Pangkep dan kebanggaan Sulawesi Selatan. Warga dan pendatang tidak sulit menemukan warung Sop Saudara di mana-mana. Bahkan kuliner ini kini sudah merambah ke kota lainnya di seluruh Indonesia hingga ke mancanegara.

Ribuan warga Pangkep yang membuka warung Sop Saudara di seluruh Indonesia berhimpun dalam organisasi Asosiasi Pengusaha Sop Saudara (APSOS).

Setiap tahun, para saudagar Sop Saudara ini berkumpul di Kampung Sanrangan dan Tala-tala untuk merayakan peringatan maulid bersama para kerabat dan warga kabupaten Pangkep.

Bahkan pada 2013 lalu, Pemerintah Kabupaten Pangkep juga pernah menggelar festival Sop Saudara dan meraih penghargaan dari Museum Rekor Indonesia untuk kategori makan Sop Saudara terbanyak.

Ternyata nama tidak bisa bohong. Semangat persaudaraan yang diimpikan oleh H. Dollahi masih membekas hingga sekarang. Itulah mengapa setiap kali aku merindukan Sop Saudara, aku selalu mengingat Daeng Khrisna.

Peace, Bro!

SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

***

Referensi: 1 2 3 4

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun