Dear Diari,
Mengapa Asep sahabatku berkata lain. Kurayu dirinya tiap malam, nyatanya hari ini ia bersama lelaki lain. Kucumbui ia tiap hari, faktanya malam ini ia dijamah tangan kasar tanpa cinta.
Aku tak lagi peduli, akan kusobek bajunya tanpa ragu. Aku sudah apati, akan kerengut wajahnya yang selalu tersenyum. Aku sudah emosi, tubuhnya tak lagi berguna setelah aku puas menikmatinya.
Dear Diari,
Aku bersyukur tulisan ini tidak pernah aku tulis. Nyatanya si Yayang tiada lain hanya poster usang bintang film kesayangan. Ia memang pernah membuatku tergila-gila. Namun, hanya untuk kepentingan belaian puber semata. Bukan untuk oretan diari membahana.
Dear Diari,
Sekarang aku puas. Aku sudah bisa memenuhi hasrat syahwat dari kedua guruku. Pada akhirnya, aku menulis diari yang tidak pernah aku tulis. Â
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H