Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengapa Vaksin Harus Melalui Suntikan dan Harus Sampai Dua Kali?

21 Januari 2021   19:57 Diperbarui: 21 Januari 2021   20:03 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Vaksin telah tiba, seharusnya disambut dengan penuh suka cita.

Di awal-awal pandemi, begitu banyak masyarakat yang tidak sabar menunggu vaksin tersedia. Namun, pada saat vaksin telah muncul, situasi serasa berbeda.

Optimisme berpencar, kepercayaan memudar, vaksin tidak lagi menjadi harapan. Sebabnya terlalu banyak berita simpang siur yang beredar. Mulai dari mutasi virus baru hingga adanya chip yang terkandung.

Akan tetapi, vaksin tetap wajib dilakukan demi keamanan negeri.

Berbagai alasan mungkin akan dikemukakan bagi mereka yang anti vaksin. Di antara semuanya, hal yang paling "masuk akal" adalah takut jarum suntik.

Secara medis gejala ini disebut dengan Tyranophobia. Ini adalah kondisi dimana seseorang mengalami ketakutan yang berlebihan terhadap tindakan medis, khususnya suntikan.

Tidak hanya anak kecil. Remaja, dewasa, hingga orang tua pun mengalaminya. Anda bisa tertawa, tetapi tidak bisa disepelekan bagi penderitanya. Penolakan terhadap tindakan medis akan membuat mereka sulit mendapatkan perawatan Kesehatan, begitu pula dengan vaksin.

Untuk lebih jelasnya mengenai Tyranophobia ini, sila baca artikel dari Kompasianer Abanggeutanyo di bawah ini;

Baca juga: Vaksin Yes, Jarum Suntik No, Bagaimana Mengatasi Tyrapanophobia?

Seorang kawan pernah berkata yang menderita fobia ini pernah berkata, apakah tidak ada cara lain untuk mendapatkan vaksin selain suntikan? Pertanyaan yang bagus, dan itu yang akan penulis bahas pada artikel ini.

Mengapa vaksin harus melalui suntikan?

Vaksinasi disebut sebagai tindakan yang paling mudah untuk menangkal berbagai penyakit berbahaya. Bukan hanya corona saja, berbagai jenis penyakit lainnya, seperti cacar, polio, atau rabies.

Cara vaksin meningkatkan antobodi adalah dengan menggunakan virus, kuman, dan bakteri yang telah dilumpuhkan. Cara ini sudah terbukti aman dan tidak akan menimbulkan gangguan kesehatan yang buruk.

Sebenarnya cara pemberian vaksin tidak semuanya melalui suntikan. Bisa juga diberikan melalui mulut (oral) atau disemprotkan melalui hidung.

Metode melalui hidung sudah sangat jarang dilakukan. Sementara melalui oral tidak dilakukan bagi vaksin Covid-19, karena tidak efektif.

Menurut Tonang Dwi Ardiyanto, seorang Ahli Patologi Klinis, "hal ini berkaitan dengan waktu uji coba yang terbilang cukup mendesak."

Namun, proses ini tidak akan mengurangi efektivitas kandungan vaksin. "Yang penting adalah vaksin yang diberikan, bukan proses pemberiannya," Ujar Tonang lagi.

Mengapa Vaksin Corona Harus Disuntik Dua Kali?

Ahli penyakit menular dari UCLA Health, Amerika Serikat, Otto Yang, menjelaskan bahwa dengan memberikan lebih dari satu dosis vaksin, akan memperbesar kemungkinan sistem imun tubuh untuk mengenal dan menangkal virus.

Vaksianasi dua kali memberi kesempatan sistem imun tubuh untuk memproduksi lebih banyak antibodi, agar tubuh memiliki "ingatan" yang cukup kuat dan lama terhadap virus setelah terpapar.

Sebabnya, sel memori tidak bertahan lama. Pemberian vaksin dua kali memberi tubuh lebih banyak paparan antigen, yang akan meransang lebih banyak sel memori. Dengan demikian, imun tubuh akan lebih efektif di masa depan.

Hal yang sama juga diungkapkan Laboratorium Rekayasa Genetika Terapan dan Protein Desain LIPI, Wien Kusharyato. Menurutnya;

"Suntikan pertama untuk memicu respons kekebalan awal terhadap vaksin yang diberikan. Suntikan kedua dapat meningkatkan kekuatan respons imun yang sebelumnya sudah terbentuk,"

Dua dosis suntikan adalah standar yang wajar. Vaksin lainnya seperti cacar air, hepatitis A, dan cacar ular (herpes zoster) juga memerlukan dua dosis. Sementara vaksin tetanus dan pertusis memerlukan dosis yang lebih banyak.

Apakah ada Efek Samping Vaksin?

Semua pihak menunggu jawaban ini dengan perasaan was-was. Sebabnya pertanyaan ini yang menjadi salah satu alasan dari masyarakat untuk tidak melakukan vaksin.

Efek samping tentu ada. Dilaporkan dari health.detik.com, hingga Selasa 19.01.2021, sudah ada 28 laporan efek samping terkait vaksinasi Corona. Akan tetapi, menurut Prof. Dr. dr. Hinky Hindra Irawan Satari, ketua Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), gejala yang dilaporkan masih dalam kategori ringan dan tidak berbahaya.

"Laporan yang masuknya pegal, nyeri di tempat suntikan, kemerahan, lemas, demam, mual, perubahan nafsu makan," ujar Dr. Hinky.

Terlalu banyak berita hoax yang beredar mengenai kematian akibat vaksin. Namun, ada baiknya ditelaah lebih jauh. Bisa saja kematian tersebut disebabkan akibat kejadian lainnya atau kondisi khusus pada tubuh.

Menurut Dr. Hinky, reaksi tubuh terhadap benda asing tentunya berbeda-beda pada setiap orang, ada yang ringan, ada yang sedang, dan ada yang berat."

Satu kejadian tidak bisa digeneralisasi menjadi hal yang umum.

**

Vaksin yang disuntikkan ke dalam tubuh memang akan memicu antigen yang berfungsi untuk melawan virus. Apakah ini berarti bahwa diri akan kebal dengan virus corona?

Tidak, orang yang sudah divaksin, tidak dijamin kebal Covid-19

Banyak hal yang bisa menyebabkan infeksi. Hal pertama disebabkan karena tingginya daya penularan (infection rate) dan cepatnya daya virus ini bermutasi.

Hingga saat ini, tidak ada satu pun ilmuwan yang berani menjamin seseorang yang sudah divaksin akan kebal covid 100%. Dalam uji klinis di Bandung saja, 25 orang relawan tetap terinfeksi.

Lantas apa gunanya vaksin?

Salah satu fungsi vaksinasi adalah meminimalkan dampak jika terinfeksi. Jika Covid-19 bisa membuat seseorang dirawat secara intensif di ruang gawat darurat, mereka yang sudah divaksin, mungkin hanya menunjukkan gejala ringan atau bahkan tanpa gejala jika terinfeksi.

Seorang sahabat pernah berkata, jika tidak ada jaminan 100% kekebalan, maka ia tidak akan vaksin.

Ini bukan hanya tentang kita saja. Dengan kondisi tetap terpapar, tetapi hanya gejala ringan, maka kita telah mendonasikan tempat kita di rumah sakit bagi orang lain.

Jatah kamar ICU, jatah tempat tidur, jatah penanganan tenaga medis, hingga jatah ventilator. Semuanya bisa direlakan kepada yang lebih membutuhkan nantinya.

Yang perlu ditanamkan adalah, meskipun diri kamu tetap divaksin, kamu tetap masih bisa menularkan virus ini kepada orang lain. Oleh sebab itu, 3M masih perlu dilakukan dengan ketat.

Menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan bukan menjadi protokol kesehatan yang sudah bisa dilanggar bagi penerima vaksin.

Bagi penulis sendiri, bersolidaritas dalam gerakan vaksin bagi Indonesia adalah wujud tanggung jawab terbesar diri kita sebagai bangsa untuk memulihkan pandemi di Indonesia.

 

Referensi: 1 2 3 4

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun