Alkisah suatu waktu Firaun mulai bosan dengan makanan istana. Ia kemudian menitahkan seluruh juru masak di penjuru negeri untuk membuat makanan yang paling enak bagi dirinya. Sayangnya, tidak ada satu pun yang berkenan.
Kemudian dikisahkanlah seorang yang bernama Abdul Rozak. Ia ingin menghidangkan satu jenis makanan ciptaannya kepada Firaun. Ternyata, masakannya sangat disukai oleh sang raja.
Firaun yang sangat senang kemudian memberikan hadiah kepada Rozak dan mengangkatnya menjadi juru masak istana. Akan tetapi, Rozak menolaknya dan hanya meminta sebuah kapal untuk mengembara.
Dikisahkan bahwa Abdul Rozak kemudian berlayar hingga sampai ke kota Surabaya. Di sini ia menyebarkan resepnya kepada penduduk setempat. Karena tidak ada unta, maka "cingur" sapi pun menjadi pengganti. Â Â
Mengapa ada tambahan Rujak? Ternyata kata tersebut berasal dari kesalahan lafal "Rozak" dari nama sang juru masak.
Sambal Nyale
Nyale bagi masyarakat Sumba Barat adalah bahan makanan utama untuk pembuatan makanan khas daerah setempat, yakni, Sambal Nyale. Sebagaimana kuliner lainnya, Nyale juga memiliki kisahnya sendiri. Â
Awal mula kisah nyale berasal sejak zaman dahulu kala melalui cerita rakyat yang diturunkan dari mulut ke mulut. Alkisah sebuah kerajaan yang berdiri di pesisir pantai selatan Pulau Lombok. Kerajaan tersebut dipimpin oleh seorang raja bernama Tonjang Beru dan permaisurinya, Dewi Seranting.
Raja Tonjang Beru memiliki seorang puteri cantik jelita yang bernama Putri Mandalika. Kecantikan sang puteri kemudian membuat para pangeran di seantero negeri berebutan untuk memilikinya.
Karena menjadi rebutan, sang puteri akhirnya memutuskan untuk tidak memilih salah satu di antaranya. Hal ini ia lakukan untuk menghindari kekacauan yang mungkin saja bisa terjadi. Ia pun memutuskan untuk mengorbankan jiwanya sendiri dengan terjun ke laut Pantai Seger Kuta.