Sementara di beberapa negara, kondisi ini justru terbalik. Minimal ada 4 negara di dunia yang jumlah kaum hawanya lebih banyak. Negara tersebut adalah, Latvia, Lithuania, Ukraina, dan Armenia. (liputan6.com)
Dalam Kasus Indonesia sendiri, masih dari data dukcapil, ternyata ada beberapa provinsi yang juga menunjukkan jumlah penduduk wanitanya lebih banyak dari pria. Provinsi itu antara lain adalah; Daerah Istimewa Yogyakarta (39.584 jiwa lebih banyak), Nusa Tenggara Barat (4.632), Sulawesi Selatan (58.663), dan Jawa Timur (31.531).
Jelas, sampai di sini pertanyaan mengenai jenis kelamin mana yang lebih banyak menguasai dunia nantinya, masih merupakan pernyataan abu-abu. Tidak ada yang bisa menjelaskannya secara ilmiah.
Akan tetapi, ada bagusnya juga untuk melihat kenyataan mengapa sebuah negara memiliki kondisi yang berbeda terhadap jumlah pria dan wanita.
Memang secara teknologi, para saintis belum bisa menemukan alat yang dapat menyetel kelamin bayi sesuai dengan keinginan para orangtua. Namun, tidak banyak diketahui, peluang kelahiran bayi lelaki ternyata lebih tinggi dibandingkan wanita. Hal ini disebabkan karena kromosom Y (laki-laki) bertemu pertama kali dengan kromosom X pada saat proses pembuahan.
Walaupun demikian, banyak faktor yang menjadi pertimbangan sepanjang perjalanan hidup. Konon bayi laki-laki lebih rentan keguguran dan juga mudah terserang penyakit dibanding bayi perempuan. Sebab sistem imun bayi perempuan ternyata lebih kuat.
Pada saat dewasa, tekanan hidup yang lebih kuat membuat para lelaki lebih rentan terhadap depresi. Dari sisi psikologis, mencari nafkah, mengambil resiko, hingga ikut berperang menjadi deretan faktor harapan hidup yang lebih singkat bagi kaum adam.
Akan tetapi selain faktor kesehatan dan psikologis, ada juga faktor yang berasal dari sosial budaya;
Negara di Asia Timur, khususnya China dan India, memiliki bayi laki-laki sangatlah berharga. Sebabnya lelaki diyakini sebagai garis pembawa keturunan. Di Arab Saudi, jumlah penduduk lelaki bahkan hampir tiga kali lipat dari wanita.
Faktor demografis juga mempengaruhi komposisi ini. Negara yang dulunya terlibat konflik, kemungkinan besar memiliki jumlah penduduk wanita yang lebih banyak seperti pada 4 negara yang telah contohkan di atas.
Negara yang terbuka dan menjadi tempat tujuan pekerja asing, seperti UEA, kemungkinan memiliki jumlah penduduk lelaki yang jauh lebih banyak akibat migrasi. Lain halnya dengan negara miskin yang banyak mengimpor tenaga kerja lelaki, seperti Bangladesh. Jumlah penduduk wanita kemungkinan lebih sedikit. Dengan demikian, terhadap komposisi jenis kelamin ini, hanya data dan statistik yang bisa menentukannya.Â