Entah siapa yang memulai pertanyaan ayam dan telur. Setiap orang pasti pernah mendengarkannya. Tanpa disadari, pertanyaan yang dianggap lelucon ini kemudian menimbulkan dua kubu yang saling bersiteru hingga kini.
Namun bagaimana jika para ilmuwan sudah mulai terlibat? Apakah akan terdapat sebuah pendapat yang sama? Ternyata tidak, mereka pun ikut-ikutan terbagi menjadi dua kubu berbeda, yaitu tim "ayam duluan" dan tim "telur duluan."Â
Adalah Stepehen Hawkings yang pertama kali membawa lelucon ini ke dalam bahasa ilmiah. Menurutnya "telur lebih dulu." Tidak ada penjelsan yang pasti, namun ia hadir bagaikan nabi munsyi yang membawa kabar gembira bagi umat manusia.
Para peneliti membuat kesimpulan bahwa protein bernama Overledidin (OC-17)Â adalah yang dibutuhkan untuk membentuk cangkang telur. Protein tersebut hanya ditemukan di ovarium ayam betina. Dengan demikian, maka cangkang telur tidak akan ada tanpa ayam. Tim "ayam duluan" menang dengan skor 1-0.
Fosil yang ditemukan di Amerika Serikat ini berupa dinosaurus kecil yang duduk di atas sarang yang berupa gundukan pasir dengan panjang sekitar 1,6 meter dan berat sekitar 50 kilogram.
Di dalam sarang tersebut juga terdapat sesuatu yang berbentuk seperti telur. Bentuknya oval dan ujung yang runcing dengan panjang sekitar 12 cm. Belum ada jawaban pasti atas hasil temuan ini, namun secara kasar dapat disimpulkan bahwa dinosaurus memiliki pola bertelur seperti burung.
Dengan demikian maka telur datang jauh sebelum ayam yang berevolusi menjadi seperti yang kita kenal sekarang. Â Tim "telur duluan" mengimbangi skor 1-1.
Para ilmuwan dari kedua kubu masih belum saja menyerah. Mereka menantang satu sama lainnya untuk menelusuri jejak perjalanan ayam dan telur.
Nenek Moyang Telur
Ahli paleontologi dari University of Calgary di Canada, Darla Zalenitsky mengatakan bahwa "ayam berevolusi dengan sempurna setelah dinosaurus pemakan daging yang bertelur."
Menurutnya, proses bertelur tidak sama seperti apa yang kita ketahui sekarang. Proses ini juga mengalami evolusi. Telur pertama justru datang dari kerajaan hewan mamalia.
Saat itu, telur adalah tempat untuk menjaga embrio untuk bertahan hidup dan berkembang. Hewan purba juga memanfaatkan kolam atau tempat lembab untuk bertelur.
Seiring waktu proses bertelur kemudian mengalami evolusi. Fosil telur pertama yang ditemukan adalah milik hewan tetrapoda. Peneliti belum tahu kapan dan bagaimana telur pertama terbentuk. Walaupun mereka yakin bahwa keberadaan telur seharusnya lebih lama dari itu dan telah melalui proses evolusi.
Nenek Moyang Ayam
Dr. Colin Freeman dari Sheffield University mengatakan bahwa semua spesies adalah produk evolusi, dengan rumus;
Evolusi = Seleksi Alam + Mutasi Genetika
Menurut Australian Academy of Science, ayam pertama lahir dari hewan yang menyerupai ayam, yaitu Red Junglefowl atau ayam hutan merah (Gallus Gallus). Gallus ini sudah memiliki jejak sebagai hewan yang dijinakkan sejak 10.000 tahun yang lalu. Meskipun ada beberapa jejak fosil menyerupai ayam yang berasal dari 58.000 tahun yang lalu.
Tak dapat dipungkiri bahwa telur dan ayam adalah produk konsumsi alami bagi manusia yang memiliki banyak manfaat bagi tubuh. Selain itu, cangkang telur juga memiliki manfaat lainnya, antara lain adalah mengurangi resiko osteoporosis dengan mengonsumsi bubuk kulit telur, perawatan wajah, pupuk tanaman, bahan pembersih peralatan rumah, hingga menghilangkan noda pada pakaian. Untuk lebih jelasnya, sila klik (di sini)
Namun ada satu hal yang menarik, para peneliti menemukan fakta bahwa cangkang telur dapat menghentikan dampak perubahan iklim akibat pemanasan global (global warming).
Peneliti dari University of Calcutta, India sudah mampu membuktikan bahwa membran pada cangkang telur dapat menyerap gas karbondioksida dari atmosfer sebesar tujuh kali lipat dari berat telur itu sendiri.
Salah satu cara terkini yang ditemukan para peniliti untuk melawan global warming adalah dengan menangkap semua karbondioksida (CO2) berlebihan di udara. Setelah ditangkap, bahan tersebut diolah kembali menjadi hal yang berguna, seperti layar pada TV flat.
Basab Chauduri, pemimpin peneliti mengatakan bahwa cangkang telur terdiri dari tiga lapisan, yaitu kultikula pada lapisan luar serta kandungan kalsium kenyal pada lapisan tengah dan dalam.
Lapisan tengah dan dalam ini terdiri dari serat protein yang mampu menyerap gas CO2 dengan sebuah penanganan proses pemisahan mekanis lebih lanjut.
Namun demikian, sebelum sebuah metode efisien ditemukan, paling tidak setiap orang bisa melakukan cara sederhana untuk mengurangi masalah emisi karbon dengan mengonsumsi telur dan mengekspos cangkangnya di udara terbuka.
Masihkah penting pertanyaan, "yang mana lebih dulu, telur atau ayam?"
Mungkin lebih sesuai jika pertanyaannya diubah,"mau makan yang mana dulu, telur atau ayam?"
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H