Si Atong baru saja menerima gaji. Ia berbelanja kebutuhan sehari-harinya di supermarket, termasuk sebatang coklat kelihatannya lezat. Sesampainya di rumah, ternyata coklat tersebut tidak sesuai dengan seleranya. Tanpa pikir panjang, si Atong langsung memasukkannya ke dalam tong sampah.
Perilaku konsumtif pada dasarnya tidak disadari. Umumnya merupakan impulsive buying (pembelian impulsif). Itulah mengapa kita kerap mendapatkan jumlah barang yang ingin dibeli melampaui apa yang berada dalam keranjang belanja. Apapun akan terasa enak jika terpampang di toko, khususnya jika belanja bulanan dianggap sebagai bagian dari rekreasi keluarga.
Seorang teman di Jakarta menyiasati hal ini dengan menugaskan asisten rumah tangganya untuk belanja bulanan. Ia hanya butuh membeli barang yang sudah tertera pada daftar yang diberikan. Aman dari perilaku konsumtif, dan menghindari pemborosan.
Menyediakan Persediaan Makanan di Rumah
Makanan yang terbuang bukan hanya yang tampak di atas piring. Segala sesuatu yang berada di dalam rumah yang belum sempat dimakan akan berpotensi menjadi limbah makanan.
Pada saat membeli makanan, biasanya kita akan menyediakan stok untuk beberapa hari hingga beberapa minggu. Namun sayangnya, kadang dilakukan tanpa perencanaan sehingga apa yang dibeli kadang hanya akan berakhir sebagai limbah. Batas waktu kadaluarsa tidak lagi diperhatikan.
**
Keyakinan kita terhadap makanan adalah sebuah paradoks. Makanan harus dihargai karena susah didapatkan, namun sah-sah saja menghamburkannya karena itu adalah simbol kelebihan. Cukup sampai di sini.
Selain limbah makanan yang sangat berpotensi menyebabkan kerusakan lingkungan, mengonsumsi makanan berlebihan juga tidak sehat bagi tubuh.
Riset dari Kementerian Kesehatan, menyatakan bahwa Penyakit Tidak Menular (PTM), seperti stroke, jantung, diabetes, yang biasanya dialami oleh penduduk lanjut usia, kini sudah semakin banyak ditemukan pada usia produktif. Semuanya berawal dari pola makan yang tidak sehat.
Dengan fakta bahwa masih ada 22 juta penduduk Indonesia yang kelaparan, kondisi ketahanan pangan negara kita juga "tidak baik-baik amat."
Batu-baru ini, Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan melalui akun @luhut.pandjaitan mengatakan bahwa meskipun indeks ketahanan pangan nasional Indonesia naik, nyatanya masih ada peningkatan jumlah impor bahan pangan setiap tahun. Krisis pangan global sudah mengintai dari jauh. Akan sangat berbahaya bagi negara kita yang sistem ketahanan pangannya masih termasuk rapuh.