Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ternyata Cantik Itu Sederhana, Hanya Perlu Sadar dan Terbiasa Saja

6 November 2020   19:31 Diperbarui: 6 November 2020   19:37 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menikmati sesuatu yang indah adalah hal yang lumrah. Wajah cantik, pemandangan yang menawan, serta lukisan nan menggairahkan, selalu terasa nyaman dipandang. Sebaliknya, wajah yang cemberut, sampah yang berserakan, dan segala sesuatu yang jelek akan menimbulkan perasaan tidak menyenangkan bagi siapapun.

Mengapa standar ini terjadi? Mengapa setiap manusia yang seharusnya unik dan berbeda-beda mampu mendefenisikan hal yang sama terhadap sebuah keindahan atau kejelekan? Apakah ini adalah bagian dari pelajaran keluarga? Atau memang sudah menjadi bagian genetika?

Nah standar peniaian keindahan sudah ada sejak manusia pertama lahir di bumi ini. Warisan sejarah dalam bentuk artefak ternyata masih terasa indah di zaman sekarang. Hal ini menandakan bahwa penilaian keindahan sebenarnya sudah merupakan nilai standar yang telah ada sejak dulu kala.

Bentuk Simetris Membentuk Keindahan

Bentuk Simetris Membentuk Keindahan (sumber: islampos.com)
Bentuk Simetris Membentuk Keindahan (sumber: islampos.com)
Menurut ahli sejarah, hipotesa terkuat mengenai standar penilaian ini adalah bentuk yang simetris. Manusia zaman dulu terpesona dengan keindahan alam dan bentuk simetrisnya.

Burung yang memiliki dua sayap yang sama panjang, terlihat indah dengan badan dan kaki yang seimbang. Daun yang memilki sisi kanan dan kiri yang senada dan tulang daun yang juga simetris. Awan yang meskipun tidak berarturan, namun selalu tampak serasi di atas langit biru.

Tanpa disadari, pengalaman berinteraksi dengan alam kemudian membentuk keindahan dalam otak manusia. Itulah sebabnya mengapa seluruh karya seni peninggalan masa lalu, mulai dari peralatan, vas, bangunan, hingga lukisan semuanya dibuat dengan pola simetris.

Kecantikan wajah dapat diukur (sumber: kompasiana.com)
Kecantikan wajah dapat diukur (sumber: kompasiana.com)
Begitu pula halnya dengan anatomi manusia. Manusia diciptakan oleh Tuhan dengan anggota tubuh yang seimbang. Dengan demikian, tubuh yang sempurna adalah yang simetris adanya. Nah, akhir-akhir ini para saintis menemukan fakta bahwa kecantikan wajah juga bisa diukur dari seberapa simetris wajah seseorang. Hal ini sudah pernah penulis tuliskan dalam artikel di bawah ini;

Baca juga: Ukur Kecantikanmu Secara Sains, dengan Teori Rasio Emas yang Sudah Terbukti

Kecantikan Dinilai dari Fokus, Bukan Ciri Khas

Lukisan Mona Lisa di Museum Louvre, Paris, Perancis (sumber: indozone.id)
Lukisan Mona Lisa di Museum Louvre, Paris, Perancis (sumber: indozone.id)
Selain itu, frekuensi dan durasi terhadap sebuah penglihatan juga bisa menimbulkan standar keindahan yang akan muncul dengan sendirinya dari alam bawah sadar manusia.

Pun halnya dengan kecantikan. Meskipun wajah tidak simetris, siapa di sini yang berani mengaku bahwa suami atau istrinya tidak memiliki wajah yang rupawan?

Masalah pilihan memang gengsi yang perlu dipertanyakan, namun menurut sains sebuah wajah akan menjadi sangat rupawan, jika kita selalu berfokus padanya.

Tidak dapat dipungkiri, kalau banyak pihak yang mengakui bahwa lukisan wajah Mona Lisa karya Leonardo Da Vinci, sebagai salah satu sumber kecantikan inspiratif. Akan tetapi, ternyata masalah penempatan di museum Louvre, Paris, Prancis juga memengaruhi kecantikan dari lukisan tersebut.

Mungkin banyak yang tidak menyadari bahwa lukisan ini digantung di sebuah dinding kosong. Namun para ilmuwan memahami sebuah rahasia dari alasan penempatan tersebut, yaitu "gangguan dapat mengurangi keindahan."

Immanuel Kant (sumber: akurat.co)
Immanuel Kant (sumber: akurat.co)
Efek psikologis ini juga diakui oleh seorang filsuf terkenal dari Jerman, yang bernama Immanuel Kant. Dikutip dari idntimes.com, Ia berkata bahwa;

Kecantikan adalah suatu hal yang subyektif bagi mereka yang melihatnya, dan bukanlah ciri khas dari sebuah obyek.

Dengan kata lain, keindahan dalam sebuah obyek bergantung kepada seberapa sadar pikiran seseorang pada saat sedang mengamatinya. Jadi, pikiran yang terfokuslah yang sebenarnya menilai seberapa cantik seseorang.

Nah, dalam kasus lukisan Mona Lisa, tembok kosong di balik lukisan adalah kunci penambah kecantikan. Dimaksudkan untuk memblokir pikiran, agar tingkat fokus dapat menjadi lebih tinggi kepada sang Mona Lisa.

Defenisi Kecantikan pada Berbagai Budaya

Suku Karen (sumber: intisari.grid.id)
Suku Karen (sumber: intisari.grid.id)
Hal ini juga kemudian yang menjelaskan, mengapa beberapa budaya tertentu memiliki standar kecantikan yang tidak sama. Seperti contoh, suku Karen yang tinggal di Thailand Utara dan berbatasan dengan Myanmar menganggap leher panjang adalah sebuah keindahan. Sementara, orang Jepang menganggap bahwa gigi gingsul atau yeeba adalah kecantikan alami, dan suku Karo di Etiopia melihat wajah cantik dari benjolan di kepala.

Tentunya semua memiliki cerita masing-masing yang berhubungan dengan adat istiadat warisan leluhur. Akan tetapi, yang terpenting di sini adalah apa yang terlihat aneh bagi bangsa lain, adalah kecantikan alami bagi yang sudah terbiasa melihatnya.

Standar Kecantikan Terprogram dalam Alam Bawah Sadar Manusia

Ilustrasi Standar Kecantikan Terprogram dalam Alam Bawah Sadar Manusia (sumber: msn.com)
Ilustrasi Standar Kecantikan Terprogram dalam Alam Bawah Sadar Manusia (sumber: msn.com)
Nah standar kecantikan akibat kebiasaan ini akan selalu berada tertanam dalam otak bawah sadar manusia. Sebuah penelitian yang melibatkan sekelompok penderita Alzheimer. Riset ini dimaksudkan untuk memahami, apakah gangguan pada otak dapat menghilangkan rasa terhadap kecantikan.

Pada percobaan pertama, partisipan diminta untuk mengurutkan sejumlah gambar dari yang paling indah menurut mereka hingga yang paling biasa-biasa saja. Dua minggu kemudian, penelitian kedua kembali diulang dengan gambar yang sama. Uniknya, meskipun para penderita Alzheimer sudah lupa dengan kegiatan yang sama ini, namun urutan yang dibuat tetaplah sama.

Keindahan adalah Program untuk Bertahan Hidup

Ilustrasi Keindahan adalah Program untuk Bertahan Hidup (sumber: earthnworld.com)
Ilustrasi Keindahan adalah Program untuk Bertahan Hidup (sumber: earthnworld.com)
Sadar atau tidak sadar, alam telah menandakan keindahan dan kejelekan sebagai hal yang bagus atau tidak bagus. Contoh sederhana, buah yang matang dan busuk sudah bisa teridentifikasi dari tampilan, tanpa harus memakannya.

Faktanya, kemampuan membedakan ini telah mengajari manusia untuk bertahan hidup. Kecantikan dan keindahan menjadi semacam insting bagi manusia untuk menghindari mara bahaya dan sekaligus memunculkan rasa untuk mencarinya kembali.

Segala sesuatu yang bersih adalah sehat, sesuatu yang enak dipandang adalah bersahabat, seseorang yang sedang tersenyum menandakan hati yang bahagia.

Wasana Kata

Mungkin ada yang merasa bahwa keindahan atau kecantikan tidaklah penting, namun sebenarnya banyak aspek penting yang terkandung di dalamnya. Tubuh kita telah terprogram untuk melihat keindahan apa adanya. Tidak perlu merasa diri kamu cantik, karena kecantikan dengan sendirinya akan memengaruhi kehidupanmu.

Referensi: 1 2 3 

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun