Menikmati sesuatu yang indah adalah hal yang lumrah. Wajah cantik, pemandangan yang menawan, serta lukisan nan menggairahkan, selalu terasa nyaman dipandang. Sebaliknya, wajah yang cemberut, sampah yang berserakan, dan segala sesuatu yang jelek akan menimbulkan perasaan tidak menyenangkan bagi siapapun.
Mengapa standar ini terjadi? Mengapa setiap manusia yang seharusnya unik dan berbeda-beda mampu mendefenisikan hal yang sama terhadap sebuah keindahan atau kejelekan? Apakah ini adalah bagian dari pelajaran keluarga? Atau memang sudah menjadi bagian genetika?
Nah standar peniaian keindahan sudah ada sejak manusia pertama lahir di bumi ini. Warisan sejarah dalam bentuk artefak ternyata masih terasa indah di zaman sekarang. Hal ini menandakan bahwa penilaian keindahan sebenarnya sudah merupakan nilai standar yang telah ada sejak dulu kala.
Bentuk Simetris Membentuk Keindahan
Burung yang memiliki dua sayap yang sama panjang, terlihat indah dengan badan dan kaki yang seimbang. Daun yang memilki sisi kanan dan kiri yang senada dan tulang daun yang juga simetris. Awan yang meskipun tidak berarturan, namun selalu tampak serasi di atas langit biru.
Tanpa disadari, pengalaman berinteraksi dengan alam kemudian membentuk keindahan dalam otak manusia. Itulah sebabnya mengapa seluruh karya seni peninggalan masa lalu, mulai dari peralatan, vas, bangunan, hingga lukisan semuanya dibuat dengan pola simetris.
Baca juga: Ukur Kecantikanmu Secara Sains, dengan Teori Rasio Emas yang Sudah Terbukti
Kecantikan Dinilai dari Fokus, Bukan Ciri Khas
Pun halnya dengan kecantikan. Meskipun wajah tidak simetris, siapa di sini yang berani mengaku bahwa suami atau istrinya tidak memiliki wajah yang rupawan?
Masalah pilihan memang gengsi yang perlu dipertanyakan, namun menurut sains sebuah wajah akan menjadi sangat rupawan, jika kita selalu berfokus padanya.
Tidak dapat dipungkiri, kalau banyak pihak yang mengakui bahwa lukisan wajah Mona Lisa karya Leonardo Da Vinci, sebagai salah satu sumber kecantikan inspiratif. Akan tetapi, ternyata masalah penempatan di museum Louvre, Paris, Prancis juga memengaruhi kecantikan dari lukisan tersebut.
Mungkin banyak yang tidak menyadari bahwa lukisan ini digantung di sebuah dinding kosong. Namun para ilmuwan memahami sebuah rahasia dari alasan penempatan tersebut, yaitu "gangguan dapat mengurangi keindahan."
Kecantikan adalah suatu hal yang subyektif bagi mereka yang melihatnya, dan bukanlah ciri khas dari sebuah obyek.
Dengan kata lain, keindahan dalam sebuah obyek bergantung kepada seberapa sadar pikiran seseorang pada saat sedang mengamatinya. Jadi, pikiran yang terfokuslah yang sebenarnya menilai seberapa cantik seseorang.
Nah, dalam kasus lukisan Mona Lisa, tembok kosong di balik lukisan adalah kunci penambah kecantikan. Dimaksudkan untuk memblokir pikiran, agar tingkat fokus dapat menjadi lebih tinggi kepada sang Mona Lisa.
Defenisi Kecantikan pada Berbagai Budaya
Tentunya semua memiliki cerita masing-masing yang berhubungan dengan adat istiadat warisan leluhur. Akan tetapi, yang terpenting di sini adalah apa yang terlihat aneh bagi bangsa lain, adalah kecantikan alami bagi yang sudah terbiasa melihatnya.
Standar Kecantikan Terprogram dalam Alam Bawah Sadar Manusia
Pada percobaan pertama, partisipan diminta untuk mengurutkan sejumlah gambar dari yang paling indah menurut mereka hingga yang paling biasa-biasa saja. Dua minggu kemudian, penelitian kedua kembali diulang dengan gambar yang sama. Uniknya, meskipun para penderita Alzheimer sudah lupa dengan kegiatan yang sama ini, namun urutan yang dibuat tetaplah sama.
Keindahan adalah Program untuk Bertahan Hidup
Faktanya, kemampuan membedakan ini telah mengajari manusia untuk bertahan hidup. Kecantikan dan keindahan menjadi semacam insting bagi manusia untuk menghindari mara bahaya dan sekaligus memunculkan rasa untuk mencarinya kembali.
Segala sesuatu yang bersih adalah sehat, sesuatu yang enak dipandang adalah bersahabat, seseorang yang sedang tersenyum menandakan hati yang bahagia.
Wasana Kata
Mungkin ada yang merasa bahwa keindahan atau kecantikan tidaklah penting, namun sebenarnya banyak aspek penting yang terkandung di dalamnya. Tubuh kita telah terprogram untuk melihat keindahan apa adanya. Tidak perlu merasa diri kamu cantik, karena kecantikan dengan sendirinya akan memengaruhi kehidupanmu.
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H