"Wow, aku tak akan pernah melihat film ini, Bertolucci (sutradara), atau Brando dengan cara yang sama lagi. Ini lebih dari menjijikan... Aku merasa marah."
Sementara itu, aktris Jenna Fisher pun mengungkapkan hal senada. "Semua cetakan dari film Last Tango in Paris ini harus segera dihancurkan. Film ini mengandung tindakan perkosaan serta aksi penyerangan seksual," geram Jenna.
Walaupun demikian, film ini juga mendapat pembelaan dari sinematografer Vittoria Storaro. Ia terkejut mendengar kabar bahwa film yang dirilis tahun 1972 itu dianggap skandal yang 'konyol'.
Kepada The Hollywood Reporter yang mewawancarainya secara ekslusif, Storaro mengatakan bahwa tidak ada kejahatan apapun terjadi selama pengambilan gambar. Improvisasi yang dilakukan oleh Bertolucci adalah hal biasa dari sebuah proses pembuatan film. Bahkan Schneider pun merasa senang bisa menjadi bagian darinya.
Film bertemakan perkosaan memang bagai pedang bermata dua. Mungkin saja dimaksudkan untuk menimbulkan empati bagi para korban, namun sayangnya tidak jarang juga menjadi pemicu bagi pelaku kejahatan yang terinspirasi darinya. Jika pengakuan Bertolucci benar mengenai aksi tanpa rekayasa dalam adegan, maka film The Last Tango in Paris adalah sebuah karya sineas yang paling mengerikan yang pernah ada.
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H