Sangat disayangkan, jika sekarang para pewaris bangsa masih tidak melihat hal ini sebagai sesuatu yang istimewa. Bukannya menilai penting serta menghormati pandangan para pendiri bangsa. Alih-alih masih banyak yang mempermasalahkan perbedaan suku, agama, dan ras dalam kesehariannya. Warisan kolonialisme Belanda bernama sekat rasial dalam bentuk perlakuan diskriminatif serta memandang kecil agama dan keyakinan masih marak terjadi di sekitar kita.
Sumpah Pemuda menjadi momen pertama dalam sejarah bangsa yang mampu menumbuhkan semangat nasionalisme kesukuan menjadi kesatuan kebangsaan. Pada peristiwa ini, sikap etnosentris perlahan mampu dikikis, untuk sebuah visi yang lebih besar, yaitu Kebhinekaan Indonesia.
Melalui perayaan Sumpah Pemuda yang ke-92, marilah kita tumbuhkan semangat bangsa tanpa melihat adanya perbedaan di antara sesama. Jangan sampai bebas dari belenggu kolonialisme hanya akan menimbulkan semangat penjajahan baru dari dalam diri kita sendiri.
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H