Sikap ini tidak terlepas dari hubungan yang baik antara pemimpin redaksi Sin Po, Kwee Kek Beng dengan para pemimpin pergerakan Indonesia. Selain memuat notasi lagu beberapa kali, WR. Supratman juga meminta Kwee untuk mendistribusikannya dalam bentuk patritur lepas.
Tak ketinggalan juga seorang pengusaha Tionghoa asal Tulungagung, Jawa Timur yang memuat utuh syair lagu Indonesia Raya dalam buku peringatan lima tahun perusahaan kretek Moro Seneng miliknya.
Di rumah Yo Kim Tjan yang terletak di jalan Gunung Sahari no. 37, Jakarta, WR. Supratman dibantu oleh seorang teknisi dari Jerman merekam dua versi lagu tersebut. Yang pertama adalah versi asli dimana Supratman menyanyikannya sambil bermain biola, dan versi yang kedua adalah versi keroncong yang banyak digandrungi saat itu, agar bisa menyebar luas sebagai hiburan.
Sebelumnya Pada tahun 1953, Yo Kim Tjan mengirim surat ke Radio Republik Indonesia (RRI) untuk memperbanyak kopi lagu tersebut, namun ditolak dengan alasan lagu Indonesia Raya telah menjadi lagu Nasional.
Adapun versi keroncongnya masih disimpan oleh Kartika, putri dari Yo Kim Tjan, hingga ia menghebuskan nafas terakhirnya. Sekarang, piringan tersebut tersimpan di Museum Sumpah Pemuda, sejak November 2014 silam.
Wasana Kata
Kongres Pemuda II dan kebhinekaan sebagai rumusan pentingnya adalah tonggak pergerakan bangsa dalam merebut kemerdekaan Indonesia. Semangat kebangsaan ini pula yang melahirkan Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Â
Tujuh Puluh Lima Tahun sudah Indonesia merdeka, dan 92 tahun Indonesia mengenal nasionalisme dan kebangsaan yang diusung melalui deklarasi Sumpah Pemuda. Seluruh sekat yang didobrak melalui ikrar "bertanah air satu, berbahasa satu, dan berbangsa satu," tidaklah dilalui melalui jalan yang mudah.