Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menjadi Penulis Spesialis dengan 4+1 Jimat Kejujuran

27 Oktober 2020   09:54 Diperbarui: 27 Oktober 2020   13:04 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Jimat di Kompasiana (sumber: kompasiana.com). Gambar jimat (sumber; freepngimg.com)

Pada artikel sebelumnya yang berjudul, "Selamat Ulang Tahun Kompasiana, Kuserahkan Segala Daya Jimatku Kepadamu." Saya telah membahas bagaimana spesialisasi dapat membentuk jati diri seorang penulis. Tujuannya sih, agar tulisan yang dibuat dapat membentuk ceruk dari para pembaca.

Di sana saya juga sudah membagi beberapa jenis spesialisasi dan memberikan contoh penulis di Kompasiana (K), yang biasa disebut dengan Kners. Untuk menyegarkan pikiran, maka saya akan memberikan jenis kategorinya. Tentu saja kategori ini hanyalah buatan diriku dan tidak ada unsur ilmiahnya;

  • Spesialisasi Berdasarkan Bidang Khusus
  • Spesialisasi Berdasarkan Bidang Umum
  • Spesialisasi Lokasi dan Budaya
  • Spesialisasi Jurnalis Warga
  • Spesialisasi Fiksi
  • Spesialisasi Zaman

Untuk lebih jelasnya, silahkan membaca artikel yang sudah saya sebutkan diatas dengan mengklik link di bawah ini.

Baca juga: Selamat Ulang Tahun Kompasiana, Kuserahkan Segala Daya Jimatku Kepadamu.

Tidak perlu menjadi seorang pemuka agama untuk menulis tentang ajaran Tuhan, atau menjadi seorang praktisi hukum yang menulis tentang politik. Pada dasarnya setiap orang telah memiliki keunikannya masing-masing. Gaya menulis sebenarnya telah mencerminkan bagaiamana sebuah alur cerita dibuat. Dengan demikian, sebelum anda mengambil spesialisasi anda, yakinlah bahwa anda unik adanya.

Sayang sungguh sayang, keunikan ini kurang dieksplor oleh para pemiliknya. Batasan aturan dan ketakutan akan cibiran membuat para penulis tidak lagi menjadi dirinya sendiri.

Jangan takut dengan tukang titik koma Kompasiana, Khrisna Pabichara terhadap aturan tata bahasa yang bagus. Jangan pula segan dikritik oleh Prof. Felix Tani yang suka menggelitik. Mereka adalah orang baik-baik yang hanya suka mengulik.

Lagipula blog ini adalah pendukung gaya berbahasa bebas dan ungkapan isi hati yang tak berbekas. Selama syarat dan ketentuan dipenuhi, maka tiada salah meninggalkan literasi untuk saling berbalas.

Mulailah temukan keunikan dirimu dengan menyadari siapa dirimu. Caranya mudah, yaitu jujurlah dengan diri sendiri. Nah, untuk itu saya akan memberikan sedikit tip mengenai bagaimana caranya menjadi penulis yang memiliki ceruknya sendiri dalam dunia literasi.

Apa Profesimu

Tonny Syariel adalah seorang travel consultant. Ia sering mengisi lamannya dengan tulisan indah dan gambar yang cantik. Menurut saya, Kner ini termasuk yang paling sukses dalam menuangkan pengalamannya ke dalam bentuk literasi yang sejenis. Jika anda punya pekerjaan khusus dan cukup memahami seluk beluknya, maka anda bisa berfokus pada hal tersebut.

Cobalah membayangkan apa yang ada dalam pikiranmu sehari-hari sebagai seorang professional. Jika kamu adalah seorang guru, tentu kehidupan sehari-hari di sekolah bisa memberikan banyak ilham segar.

Akan tetapi, dalam setiap interaksi ada saja hal yang bisa dihubungkan dengan profesimu. Tidak ada salahnya, membahas topil setahun kinerja presiden Jokowi dalam bentuk opini bagaimana memberikan pendidikan politik sedini mungkin kepada para murid, bukan?

Nah, Kners Ozy Alandika telah membuktikan hal ini. Spesialisasi di bidang pendidikan sekan menjadi tamu yang selalu datang menghantui. Bagaimanapun profesi guru bagi ia, adalah ranah yang tak bisa ditinggalkan. Jika anda penasaran, silahkan ulik artikelnya di bawah ini:

Baca juga: Terkadang Aku Bosan Bila Harus Menulis "Itu-itu" Saja.

Apa Keinginanmu

Romo Gregorius Nyaming dalam tulisannya "12 tahun Kompasiana: Terima Kasih dan Mimpi dari Seorang Anak Peladang Suku Dayak Desa", adalah seorang pastor yang memiliki angan untuk memperkenalkan Suku Dayak dengan segala budayanya kepada masyarakat luas lewat tulisan.

Jika anda memiliki idealisme yang sama dengan beliau, seperti hobi khusus, budaya tertentu, atau sebuah gerakan kemanusiaan, maka anda bisa juga membuat tulisan spesialis yang mengangkat idealismemu dari berbagai sudut pandang yang berbeda.

Tertarik dengan kopi seperti praktisi Reba Lomeh, bisa membuat apa saja dalam pikiran menjadi kopi yang hangat dan segar. 

Sebagaimana filosofis kopi yang hitam dan pekat, maka tentu kehadirannya bisa mengubah suasana kelam menjadi hangat.

Apa Karaktermu

Sifat atau karakter adalah milik seseorang yang sangat melekat dengan bagaimana orang lain mempersepsikannya. Harus diakui dalam penulisan sebuah artikel, khususnya yang bersifat faktual, agak sedikit susah untuk menunjukkan karakter aslimu. Jika anda termasuk orang yang ingin menonjolkan isi hati melalui tulisan, maka kanal fiksi seperti cerpen dan puisi adalah tempat yang tepat.

Kners Lusy Mariana Pasaribu dan Fatmi Sunarya telah berhasil melakoni ini. Entah mengapa dalam setiap tulisan yang saya baca, selalu kurasakan kehadiran cinta. Bukannya Kners puitis yang lain tidak bagus, namun mereka berdua adalah perwakilan dari seluruh kanal fiksi yang bisa berteriak dalam kegelapan dengan ungkapan yang mendalam. 

Sukses selalu buat seluruh kawan penulis fiksi di Kompasiana.

Akan tetapi, ada juga beberapa penulis yang pandai menulis sebuah kenyataan berdasarkan karakter yang dimilikinya. Jadi, meskipun artikel yang dibuat berbentuk faktual, namun ia mampu memperlihatkan jati dirinya melalui opini penyerta. Bagi saya, Prof. Felix Tani, Mba Leya Cattleya, dan Mas Susy Haryawan adalah di antaranya.  

Apa Fokusmu

Banyak orang yang tidak tahu siapa dirinya yang sebenarnya. Akhirnya mereka hanya menulis berdasarkan topil dan kupil. Itupun ide yang didapat hanya yang datar di atas permukaan saja. Ketika ditanyakan, maka alasannya adalah, "ya aku hanya suka menulis saja." Tidak masalah, namun jika anda ingin memilih ceruk spesialisasi, maka "suka menulis, tidaklah cukup."

Menulis adalah terapi jiwa, begitu ungkap Om Tijptadinata. Begitu pula dengan refleksi hati ala Om Katedrarajawen. Hingga saat ini, saya masih mengingatnya setiap kali membuat tulisan. Nah, terapi jiwa memang adalah kata menghibur, tapi sadar tidak kalau kata "terapi" hanya khusus bagi orang yang sakit jiwa?

Kita semua adalah orang gila penggiat literasi, dengan prinsip tiada hari tanpa menulis. Kalau sakit perut, janganlah minum obat sakit kepala. Jika ingin membangun literasi yang sehat, maka temukanlah sakitmu dan minumlah obatmu.

**

Akan tetapi, keunikan manusia memang karena ia bukanlah mahluk homosapiens atau bakteri bersel tunggal yang hanya bisa mengerjakan satu jenis pekerjaan saja..

Dari ketiga pilihan yang telah saya berikan di atas, anda bisa menggabungkannya sesuai dengan karakter yang dimiliki. Tidak perlu terlalu kaku dalam berekspresi, karena masakan yang enak adalah yang bisa menggabungkan tiga jenis rasa menjadi satu. 

Jika anda masih belum memahami bagaimana menjadi penulis spesialis, maka jadilah dirimu sendiri dengan berani jujur.

**

Mindfulness atau selalu sadar dalam setiap tindakan adalah cara yang tepat untuk menenangkan diri dan bebas dari kegelisahan. Akan tetapi saya lebih suka dengan kata "Selfulness" untuk berekspresi lewat tulisan. Kalau Midnfulness adalah proses untuk memerhatikan diri sendiri, maka Selfullness adalah proses untuk melihat diri dalam balutan orang lain. 

Nanti saya akan membahas lebih jauh tentang konsep Selfulness dalam artikel berbeda.

Berani jujur, apakah tulisan ini layak dibaca dan masuk dalam kategori, aktual, inspiratif, menarik, menghibur, unik, atau tidak menarik. Tempatkan pikiran pembaca pada pikiranmu. Seringkali penulis terlalu narsis dan menganggap setiap tulisannya layak dibaca. Usaha berhari-hari yang tidak mendapatkan label hanya akan berakhir dengan kekecewaan. Jangan merasa tersinggung, karena saya adalah termasuk salah satu di antaranya. Hmmm...

Pada saat anda menulis sebuah artikel, ingatlah para pembaca yang sudah anda kenal. Buatlah tulisan seolah-olah sedang mengirim surat cinta kepadanya. Anda tidak membuat tulisan bagi dirimu sendiri. Membaca ulang tulisan yang sudah dilancarkan bisa membawa kebanggaan. 

Namun surat cinta bukanlah untuk diri terkasih. Jika anda tidak mempertimbangkan perasaan orang lain, maka itu /mas.tur.basi/ namanya.

Di saat yang tepat. Jangan pernah segan untuk menyatakan sumber ide yang anda dapatkan dari mereka. Sebutkanlah nama mereka, sebagai bentuk ungkapan kasih yang tulus.

**

Oh ya, nama juga penting lho. Coba perhatikan nama Rudy Gunawan yang pasaran tak berpesan. Bagusan mana dengan nama Om Gege, Mbah Ukik, Ash, b, Ruang Berbagi atau Ayah Tuah?

Beberapa nama memang sudah unik adanya. Akan tetapi jangan segan-segan untuk menggunakan nama yang lebih unik lagi, asal jangan menjadi Virus yang Baik Hati, karena itu sudah menjadi milik orang lain.

Kuncinya adalah jangan terlalu sering menggantikannya. Reba Lomeh yang berganti menjadi Reba Guido dan Guido hanya akan membuat pembaca bingung, meskipun hanya untuk sementara saja. (peace).

Nama yang kepanjangan, bisa disingkat atau dirubah. Seperti seseorang yang tak dikenal, tiba-tiba menjadi Abdul di Kompasiana. Juga bagi Felix yang seharusnya Sitorus, kini nama Tani sudah menjadi merek terkenal yang sejajar dengan Hermus.   

**

Susunlah diksi dan rima kata dari hati yang terdalam. Tidak perlu ragu dan malu mengungkapkan kata-kata yang tidak "senonoh". Karena senonoh bukan berarti cabul. Permata yang benderang akan selalu tampil gemerlap dalam kubangan lumpur yang gelap. Diksi yang indah bagai melodi yang memanggil para penggemar kembali mengunjungimu.

Tentukan kosa kata yang menjadi keunikanmu, seperti SalamAngka dan nomer pemesanan jimat 123456789. Beberapa Kners telah berhasil melakukannya, seperti "nganu dan kenthir," yang hak ciptanya dimiliki oleh Prof. Felix Tani. "Lema" milik Khrisna Pabichara, "Salam dari Kota 1000 Sungai" milik Mas Kartika Eka H, dan tidak lupa konotasi "e" dari Mas A. Pangerans yang sudah lama-e tidak-e menulis-e.

**

Saya sering terkagum-kagum dengan sapaan dari para sahabat Kners yang tidak pernah berhenti. Sebutkanlah Mochammad Syafei, Gobin Dd, Fatmi Sunarya, Ari Budiyanti, dan masih banyak lagi. Ini sebenarnya juga salah satu bentuk spesialisasi dalam pembentukan jati diri. Cobalah lihat karya mereka, selalu mendapatkan Nilai Tertinggi (NT).

**

Dalam setiap tulisan dan sapaan, saya selalu menyertakan kata "jimat." Jujur kukatakan bahwa kata tersebut adalah usaha dari diriku untuk membentuk strategi ceruk. 

Penjual jimat di Kompasiana adalah Rudy Gunawan.

Namun, makna sesungguhnya dari jimat adalah bentuk pemberian motivasi kepada seluruh teman Kners untuk mengembangkan potensi besar dari dalam diri.

Hal ini sering saya lakukan jika sedang memberikan konsultasi sebagai seorang Numerolog kepada para pasien yang kehilangan arah. Jadi sesungguhnya, "Jimat" bukanlah mantra sakti mandaraguna. Ia hanyalah perwalian diri atas kemampuan tak bertepi yang mampu menghasilkan karya maha agung bagi pertiwi.

**

"Setiap orang adalah bagian dari semesta yang tak berbatas. Dengan menjadi diri sendiri, maka sesungguhnya anda telah melaksanakan tugas dan kewajibanmu di bumi ini"

Selamat Ulang Tahun Kompasiana. Selamat Ulang Tahun Kompasianer. Semoga di perayaan 12 tahun ini, persaudaraan semakin kompak dan jalinan silaturahim semakin erat.

Semoga Bermanfaat.

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun