Banyak orang yang tidak tahu siapa dirinya yang sebenarnya. Akhirnya mereka hanya menulis berdasarkan topil dan kupil. Itupun ide yang didapat hanya yang datar di atas permukaan saja. Ketika ditanyakan, maka alasannya adalah, "ya aku hanya suka menulis saja." Tidak masalah, namun jika anda ingin memilih ceruk spesialisasi, maka "suka menulis, tidaklah cukup."
Menulis adalah terapi jiwa, begitu ungkap Om Tijptadinata. Begitu pula dengan refleksi hati ala Om Katedrarajawen. Hingga saat ini, saya masih mengingatnya setiap kali membuat tulisan. Nah, terapi jiwa memang adalah kata menghibur, tapi sadar tidak kalau kata "terapi" hanya khusus bagi orang yang sakit jiwa?
Kita semua adalah orang gila penggiat literasi, dengan prinsip tiada hari tanpa menulis. Kalau sakit perut, janganlah minum obat sakit kepala. Jika ingin membangun literasi yang sehat, maka temukanlah sakitmu dan minumlah obatmu.
**
Akan tetapi, keunikan manusia memang karena ia bukanlah mahluk homosapiens atau bakteri bersel tunggal yang hanya bisa mengerjakan satu jenis pekerjaan saja..
Dari ketiga pilihan yang telah saya berikan di atas, anda bisa menggabungkannya sesuai dengan karakter yang dimiliki. Tidak perlu terlalu kaku dalam berekspresi, karena masakan yang enak adalah yang bisa menggabungkan tiga jenis rasa menjadi satu.Â
Jika anda masih belum memahami bagaimana menjadi penulis spesialis, maka jadilah dirimu sendiri dengan berani jujur.
**
Mindfulness atau selalu sadar dalam setiap tindakan adalah cara yang tepat untuk menenangkan diri dan bebas dari kegelisahan. Akan tetapi saya lebih suka dengan kata "Selfulness" untuk berekspresi lewat tulisan. Kalau Midnfulness adalah proses untuk memerhatikan diri sendiri, maka Selfullness adalah proses untuk melihat diri dalam balutan orang lain.Â
Nanti saya akan membahas lebih jauh tentang konsep Selfulness dalam artikel berbeda.
Berani jujur, apakah tulisan ini layak dibaca dan masuk dalam kategori, aktual, inspiratif, menarik, menghibur, unik, atau tidak menarik. Tempatkan pikiran pembaca pada pikiranmu. Seringkali penulis terlalu narsis dan menganggap setiap tulisannya layak dibaca. Usaha berhari-hari yang tidak mendapatkan label hanya akan berakhir dengan kekecewaan. Jangan merasa tersinggung, karena saya adalah termasuk salah satu di antaranya. Hmmm...