Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Wanita yang Rela Dimadu karena Tidak Ingin Bercinta dengan Suaminya

23 Oktober 2020   15:13 Diperbarui: 23 Oktober 2020   15:22 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Wanita yang Tidak Ingin Bercinta dengan Suaminya (sumber: liputan6.com)

Sekilas Anggraeni dan Azis adalah pasangan yang normal. Dalam usia pernikahan yang sudah berjalan hampir 6 tahun, mereka telah dikaruniai seorang putri yang cantik jelita. Akan tetapi, mereka bukanlah pasangan yang biasa-biasa saja.

Azis adalah cinta pertama Anggraeni. Ia bertemu dengan sang pujaan hati ketika masih berusia 19 tahun. Menjalani masa pacaran selama 3 tahun, Azis bisa menunjukkan jati dirinya yang soleh. Tak sekalipun ia menuntut hubungan badan kepada Anggraeni.

Malam pertama dilalui dengan normal. Doa tersematkan dan anugrah pun terciptakan. Anggraeni hamil dalam waktu yang singkat. 9 bulan dilalui penuh ketenangan, 9 bulan berikutnya masih dijalani dengan tentram.

Hingga suatu malam di saat bulan purnama bersinar terang, Azis yang soleh meminta sang istri untuk kembali melayaninya dengan normal. Namun, jawaban dari Anggraeni sungguh mengejutkan, "Aku lagi tak bernafsu, Mas. Maaf."

Sekali dua kali, Azis masih sabar menanti. Hingga tahun demi tahun berganti, kejadian yang sama terus mengganjal di hati. Anggraeni kehilangan nafsu syahwatnya. Makan malam romantis dan liburan panjang telah dilakoni bersama. Kemesraan masih terjalin kental, namun dua sejoli tak lagi binal.

Anggraeni merasa bersalah, namun ia tak bisa membohongi dirinya yang sudah tidak bergairah lagi. Ia masih mencintai Azis dengan sepenuh hati, namun bukankah cinta tidak melulu urusan seks? Demikianlah prinsip dari sang istri yang setia ini.

Kesabaran memiliki batas, batang pohon tak akan tumbuh subur tanpa disiram. Azis menjalin kedekatan dengan Ozi, seorang wanita tomboi dari masa lalunya. Hubungan itu tak lebih dari sekedar urusan bisnis, namun bunga yang telah tumbuh, tak jua kunjung layu.

Anggraeni memaklumi Azis. Cintanya kepada sang Arjuna tak akan mati ditelan bumi. Anggraeni mengenal Ozi. Mereka sama-sama adalah mantan pramugari di maskapai negeri ini.    

Ia merestui Azis untuk melanjutkan hubungannya dengan Ozi yang cantik dan rupawan. Wanita karir sukses yang belum menikah ini adalah pasangan yang tepat untuk suaminya. Meskipun tidak rela berpisah, namun Anggraeni rela jika Azis dan Ozi memenuhi syarat semalam penuh keintiman. Lagipula Ozi adalah tipikal wanita berpandangan bebas, sebagaimana dirinya yang ingin bebas dari urusan seksualitas.    

Namun, Azis yang sabar dengan tegas menentang ide gila Anggraeni. Baginya, tidak ada masalah perkawinan yang tidak terselesaikan. Ozi hanyalah solusi sesaat, berkonsultasi ke dokter adalah jawaban yang tepat.

Tadinya Anggraeni khwatir jika ternyata ia memiliki kelainan jiwa ataupun penyakit kormobid yang membuat dirinya kehilangan gairah bercinta. Namun, setelah mendengarkan penjelasan dokter mengenai "Aseksual" barulah ia merasa tenang.

Dokter Indra Rahardian membuka percakapan dengan mengutarakan. Aseksual hanyalah sebuah makna preferensi seksual yang tidak berhubungan dengan kelainan mental maupun medis. Ada sekitar 1 sampai 3% dari seluruh penduduk di dunia yang mengalami sindrom ini.

Orang aseksual atau biasa disebut dengan panggilan "Ace", digambarkan sebagai orang yang kurang bahkan tidak memiliki ketertarikan secara seksual kepada seseorang. Hal yang sama dengan pernyataan Anggraeni tentang "Cinta bukan hanya masalah seks semata". Akan tetapi bukan berarti aseksual adalah orang "dingin" yang tidak romantis, atau tidak bisa terangsang. Ini adalah pemikiran yang salah.

Aseksualitas adalah orientasi seksual. Tiada bedanya dengan gay, lesbian, biseksual bahkan penganut faham heteroseksual yang dianggap "normal". Mungkin ada yang memperdebatkan hal ini. Ketertarikan terhadap sesama jenis kadang didefenisikan sebagai penyakit mental. Namun, masalah preferensi tidak berhubungan dengan standar kesehatan ataupun norma yang berlaku.

Sebagaimana gay yang hanya bisa ereksi dengan sesama jenis, ace pun masih bisa terangsang bahkan bersenggama, meskipun mereka menunjukkan ketertarikan seksual dengan cara yang unik.

Aseksualitas ada pada spektrum beragam yang menyangkut keinginan orang tentang hubungan dan ketertarikan. Setiap individu akan menunjukkan ketertarikan yang tidak sama tentang konsep gairah dengan cara yang sangat variatif. Mereka membentuk hubungan intim secara emosional tanpa melihat jenis kelaminnya, bahkan mungkin juga dengan benda personal lainnya.

Pada umumnya, hubungan intim yang mereka tunjukkan adalah bentuk persahabatan akrab, tanpa kontak seksual. Kalaupun mereka lakukan secara sukarela, lebih untuk membangun hubungan emosional dan bukan berdasarkan nafsu syahwat sebagaimana manusia non-ace lainnya.

Gaya mencintai seorang ace juga sangat unik. Mereka melakukannya dengan tulus, ikhlas, tanpa mengharapkan balasan. Bagi mereka, kebahagiaan pasangan adalah segalanya di atas kebahagiaan diri sendiri. Ini juga yang menjelaskan, mengapa Anggraeni "rela menyerahkan" Azis terlibat dengan hubungan semalam dengan Ozi sahabatnya.

Jangan samakan ace dengan seorang yang memilih untuk hidup selibat, karena hidup selibat adalah memutuskan untuk tidak melakukan kontak seksual secara sadar atas nama agama.

Aseksual juga tidak bisa disebut sebagai penyakit gangguan mental. Sebagaimana standar "normal" dalam masyarakat umum, produk homoseksual dianggap wajar dari sudut pandang yang "berbeda". Secara defenisi, gangguan mental adalah penyakit yang menyebabkan penderitaan dan bisa menimbulkan resiko Kesehatan terhadap penyandangnya. Hal ini tidak terdapat pada ace yang sama sekali tidak terganggu dengan preferensinya dan juga tidak membahayakan diri, sebagaimana penderita depresi.

Lantas apa yang menyebabkan timbulnya sindrom ini?

Tidak ada penjelasan yang spesifik dari dokter Indra. Sebagian pasiennya memang pernah mengalami kecemasan kontak seksual akibat tekanan sosial atau trauma masa lalu. Tetapi dalam banyak hal, penyebab yang tanpa alasan seperti kasus Anggraeni lebih banyak mendominasi.

Setelah mendengarkan penjelasan dari dokter Indra, kini Anggraeni dan Azis dapat bernafas lega. Bagi mereka yang terpenting, Anggraeni tidak mengidap penyakit.

Bijak dalam bersikap adalah yang terpenting disini. Anggraeni berprinsip bahwa seks bukan segalanya, dan ini dibuktikan dengan memberikan Azis cinta yang tanpa pamrih. Akan tetapi, di sisi lain ia juga harus mempertimbangkan kondisi Azis sebagai seorang lelaki normal.

Yang pasti menyerahkan peranan seorang istri kepada wanita lain bukanlah jalan keluar yang terbaik. Cinta tanpa mengharapkan balas jasa, seharusnya bisa diberikan oleh Anggraeni kepada suami tercintanya itu. Bukankah kadang kita harus melakukan hal yang mungkin tidak menyenangkan kepada yang terkasih? Lagipula Anggraeni masihlah seorang wanita baik yang masih normal.

Disklaimer: nama dan tempat adalah fiktif, jika ada yang kebertulan mirip maka bukan kesengajaan penulis.

Referensi: 1 2 3 4 

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun