Para orangtua menjodohkan anaknya dengan keluarga yang berasal dari strata sosial yang seimbang. Semuanya dimaksudkan agar tidak ada campur tangan pihak asing dalam warisan keluarga.
Situasi telah banyak berubah. Cinta telah menjadi hal yang utama sebagai dasar hubungan. Namun sayangnya, cinta bukanlah sebuah paksaan yang membuat alasan utama bagi pria dan wanita untuk lebih selektif dalam memilih jodoh.
Baca juga:Â Bosan Nge-jomblo? Kalau Iya, Ini Pas Banget
Persaingan Kaum Adam dan Hawa
Seiring waktu berjalan, semakin banyak wanita yang unggul di dunia pendidikan dan pekerjaan. Dengan demikian, cara pandang kaum Hawa terhadap kaum Adam pun juga berubah.
Sebagai pemimpin dalam masyarakat, para wanita merasa khwatir jika harus menggantungkan hidupnya pada lelaki yang mungkin tidak kompeten. Hal yang sama juga dirasakan oleh para pria. Kebanyakan pria tidak menyukai jika maskunilitas mereka terancam dengan wanita yang lebih sukses.
Perbedaan persepsi ini kemudian semakin menimbulkan jarak dan menjadi sebuah persaingan yang tidak sehat antara dua gender yang berbeda.
Perubahan Sudut Pandang Terhadap Keturunan
Stigma janda dan duda adalah sebuah aib bagi manusia zaman bahulea. Seiring waktu berlalu, stigma ini mengalami gradasi.Â
Single Parent menjadi sebuah istilah yang tidak asing lagi di mata masyarakat.
Yang lebih mencengangkan lagi, sebagaian wanita menganggap bahwa kehamilan dan melahirkan hanya akan memberikan dampak yang tidak sehat bagi kesehatan.
Tentunya tidak semua menyetujui pandangan ini, namun bagi mereka, adopsi adalah sebuah langkah alternatif untuk memiliki keturunan.
Perkembangan teknologi juga memiliki andil yang besar. Anda bahkan tidak membutuhkan status pria untuk mendapatkan seorang anak. Cukup spermanya saja!