Menariknya, pada survei kedua di tahun 2000 yang melibatkan 4700 partisipan, jumlah tersebut naik sebanyak 2 kali dan menyentuh angka 9%.
Survei yang dipimpin oleh Helen Ward, seorang epidomologis pada Imperial College London, juga menunjukkan bahwa sepertiga partisipan memliki 10 atau lebih partner seks selama kurun waktu 5 tahun.
Dengan kenyataan ini, mungkin para istri harus berdoa, agar suami termasuk dalam kategori 10 dari 11 lelaki. Jumlah yang masih relatif aman.
Nah, setelah melihat kenyataan ini, kita harus sadar bahwa kasus pelacuran, bukan hanya beban kaum wanita. Besarnya permintaan pasar dari kaum lelaki, membuat masalah ini sepertinya tidak akan pernah ada habisnya.
Prostitusi bagaikan dua sisi mata koin yang selalu ada dan tersebar di setiap pelosok kota. Tidak bisa dipungkiri, siapapun akan rentan terhadap masalah ini. Dengan semakin berkembangnya teknologi, praktik yang telah berusia ribuan tahun ini, mendapatkan tempatnya tersendiri.
Sekarang kembali kepada masalah sudut pandang. Ada yang meninginkan kasus ini sebaiknya diberantas tanpa pandang bulu, sementara ada yang melihatnya dari sisi yang lebih lunak, yaitu melegalkan prostitusi.
Tulisan ini tidak dibuat untuk menyudutkan gender tertentu, dan tidak juga untuk memberikan opini atas sikap pribadi terhadap masalah prostitusi. Semuanya kembali kepada sikap dan kebijasanaan diri sendiri dalam menyikapinya.
Jujur penulis telah memilih judul clickbait. Jika dikatakan ingin agar dibaca oleh banyak orang, maka jawabannya adalah Benar!
Karena masalah prostitusi bukan hanya soal wanita saja.
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS