Bagian ketiga terdiri dari 88 bab, yang mengisahkan keseluruhan perjalanan Biksu Tong dan ketiga murid silumannya.
Mungkin banyak yang tidak mengerti, bahwa novel yang diciptakan oleh Wu Cheng En ini, tidak saja mengandung kisah yang menghibur, namun juga mengandung makna ajaran filsafat agama Buddha Dhamma yang dituliskan dengan sangat dalam.
Kisah perjalanan secara umum mewakili kehidupan manusia dalam mengarungi perjalanan hidup yang penuh penderitaan (Dhukkha). Ada Tiga Akar Kejahatan manusia yang diwakili oleh masing-masing siluman.
Baca juga: Lobha, Moha, dan Dosa, Tiga Akar Kejahatan yang Dapat Ditumpas dengan Kekinian
Cu Pat Kay, Sang Siluman Babi yang senang berhura-hura mewakili Lobha atau Ketamakan
Defenisi lobha dalam hal ini adalah menginginkan barang orang lain, atau yang lebih sederhana lagi adalah tidak puas dengan apa yang dimiliki. Sikap lobha dapat bermanifestasi dalam bentuk mencari kesenangan atau kepuasan indrawi tanpa henti, hingga keinginannya terpenuhi.
Namun sayangnya rasa puas tidak pernah akan berakhir, sehingga lobha akan beraktualisasi dalam bentuk kemelekatan. Nah, kemelekatan akan bekerja dengan sangat halus, sehingga kitapun kadang tidak menyadarinya.
Kenangan indah dengan sang mantan, kerinduan terhadap masa muda yang ceria, keinginan untuk tetap cantik dan tampan, hingga kesenangan terhadap kebiasaan hidup tertentu, adalah bentuk kemelakatan yang membuat manusia terus mengejar kesenangan jasmani.
Wu Ching, Sang Siluman Air yang terkesan malas, lamban, dan masa bodoh mewakili Moha atau Kebodohan Batin
Pengertian bodoh di sini tidak ada hubungannya dengan kemampuan akademik, tapi kebodohan batin yang tidak bisa membedakan perbuatan baik atau perbuatan jahat.
Efek dari kebodohan batin adalah melihat kejahatan sebagai hal yang wajar dilakukan. Jika manusia terikat moha, maka ia akan menganggap perbuatan jahat sebagai suatu kebiasaan.
Ia akan cenderung cuek dengan keadaan, tidak suka membantu, menyuburkan sifat egois, memaklumi gengsi, mengidolakan kesombongan, hingga bersikap munafik.
Baca juga: Naskah Pegon Jawa Tertua Ditemukan, Dibuat di Era Majapahit Tahun 1347, Apa Isinya?