Sebabnya hari baik, sangat bergantung kepada dua kekuatan yang terbesar dari manusia, yaitu pikiran dan perasaan. Â
Mari kita tilik bersama;
Setiap orang punya persepsi terhadap hari baik. Hari senin diistilahkan dengan 'Manic Monday' atau saatnya bekerja lagi, setelah menikmati hari libur. Hari jumat adalah saatnya menyambut akhir pekan, sehingga muncullah jargon "TGIF".
Orang Makassar sendiri tidak suka dengan hari selasa, yang berkonotasi 'Sala-sala' atau tanggung dalam bahasa Makassar. Bagi umat muslim, biasanya hari jumat adalah waktu yang terbaik untuk potong rambut.
Begitu banyaknya persepsi dan pemahaman mengenai hari baik, sehingga kitab Thong-shu pun sering diabaikan.
Dengan demikian, yang manakah sebenarnya hari baik maupun yang tidak baik?
Nah, untuk itu, penulis akan memberikan beberapa tips untuk selalu berada pada hari baik.
Pertama, bangun sepagi mungkin.
Bangun di pagi hari, adalah awal yang baik untuk memulai hari. Orangtua mengatakan, mereka yang membuka pintu lebih pagi akan mendapatkan rezeki yang lebih banyak dari para malaikat.
Oleh sebab itu, usahakanlah bangun pagi beberapa jam, sebelum kegiatan rutin dilakukan. Selain lebih terasa relaks, pikiran yang segar di pagi hari akan sangat memberikan pengaruh terhadap harimu.
Bangun terlambat hanya akan membuat harimu menjadi buruk. Mandi terburu-buru, tidak sempat sarapan, pada akhirnya hanya akan membuat harimu tidak menyenangkan.
Kedua, atur pikiran-pikiran positif.
Kesalahan terbesar yang membuat hari menjadi rusak, adalah munculnya pikiran-pikiran negatif seperti, khwatir, takut, ragu, dan lain sebagainya.
Seringkali suasana kantor, seperti bos yang tidak menyenangkan, kawan yang menjengkelkan, hingga pekerjaan yang membosankan, membuat kita sudah keder duluan.