Namun, mengapa tetap saja pembunuhan terjadi? Sebagian mungkin melakukannya karena sudah terbiasa, namun sebagian besar akibat ketidaksengajaan, seperti pada kasus pembunuhan anak oleh orangtua yang kesulitan mengawasi saat belajar online.
Dalam Buddhisme, ada 5 sila yang menjadi keharusan bagi setiap umat. Pancasila ini adalah (1) tidak membunuh mahluk hidup (2) tidak mencuri (3) tidak berbohong (4) tidak berzinah/melakukan perbuatan asusila, dan (5) tidak mengonsumsi minuman/makanan yang dapat memabukkan.
Saya pernah bertanya kepada seorang Bhante, mengapa membunuh mahluk hidup 'kecil', seperti hewan atau serangga adalah hal yang dilarang?
Bhante tersebut menjawab, sebenarnya ada dua perspektif disini.
Yang pertama, karena sekecil apapun sebuah mahluk hidup, tetap ia adalah mahluk yang memiliki hak untuk hidup.
Membunuh binatang atau serangga, sama seperti memutus rantai kehidupan, yang seyogyanya harus ada untuk menjaga keseimbangan alam.
Yang kedua, dengan melatih tidak membunuh mahluk hidup, maka sesungguhnya melatih diri anda, untuk mengembangkan rasa empati, terhadap kehidupan.
Setiap tindak pembunuhan, sekecil apapun itu, selalu dilandasi dengan azas kebencian. Lama kelamaan, kebiasaan membunuh serangga kecil, akan tumbuh menjadi kebiasaan membunuh hewan-hewan lainnya yang lebih besar.
Jika tidak terkontrol, emosi atas azas kebencian yang sudah terbiasa dipupuk, akan membuat seseorang menghabisi nyawa orang lain, dalam keadaan tertentu yang dianggap benar.
Sekecil apapun potensi kejahatan, semuanya dimulai dari kebiasaan atas nama pembenaran.