Kemarin siang, saya mendapat telpon dari sebuah bank swasta, "Pak Rudy, rekening ini sudah dorman, apa bapak mau aktifkan kembali? Sebabnya ada uang sejumlah Rp. xxx di dalamnya".
Wow, berkah dari Tuhan! Setahu saya, rekening tersebut memang sudah lama tidak digunakan, tapi kok, bisa ada uang dengan jumlah yang cukup lumayan isinya.
Lain lagi dengan sebuah kunjungan ke rumah. Seorang lelaki berbadan besar, dengan kasar menghardikku, "Pak Rudy, tolong dong kartunya dibayarkan, ini sudah lewat tempo 3 bulan pak, tau diri dong!".
Darah langsung mendidih, emangnya gua tidak tau diri. Setahu saya kartu kredit itu sudah lama tidak kugunakan, tapi kok bisa masih ada tagihan ya? Perasaan tidak enak ini langsung membuatku bertanya, "pagi-pagi sudah kena damprat, malu ama tetangga pula, apa ini hukuman dari Tuhan?"
Usut punya usut, ternyata uang tersebut berasal dari tabungan asuransi yang sudah kulakukan sejak 10 tahun terakhir, dan baru jatuh tempo, sehingga kini bisa ditunaikan. Sementara tagihan kartu kredit yang dimaksud, memang adalah pembelanjaanku via daring, yang memang terlupakan.
Urunglah niatku untuk bertanya kepada Tuhan, mengapa aku mendapat berkah dan hukuman sekaligus. Ternyata uang adalah hasil tabunganku, dan kopi panas dari collector, juga adalah buah dari kelalaianku.
Dalam menyikapi sebuah berkah, kita selalu menghubungkannya sebagai 'hadiah dari langit'. Pun halnya dengan musibah, cara yang termudah adalah menyalahkan 'cobaaNya yang berat'.
Namun apakah betul, semuanya berasal dari Tuhan? Jika iya, maka mengapa kita yang terpilih sebagai selingkuhan? Apakah Tuhan pilih kasih? Jika iya, apa yang sudah kita lakukan? Masih banyak manusia yang berbuat kejam di luar sana.
Atau mengapa justru kita yang memenangkan hadiah utama dari sebuah sayembara? Padahal tetangga sebelah rumah, justru lebih rajin berdoa.
Semuanya adalah rahasia alam yang tidak bisa kita sanggahi. Pokoknya, demikianlah adanya.
Akan tetapi, ada sebuah konsep yang mungkin bisa membuka nalar berlogika, yaitu Pohon Kebajikan.
Marilah kita berasumsi bahwa seluruh berkah adalah kumpulan dari pohon kebajikan yang telah kita tanam.