Disebutkan bahwa perkantoran adalah kluster yang paling rawan terhadap virus perselingkuhan. Sebaiknya berhati-hati, karena hal ini akan menimbulkan persepsi bahwa orang kantoran rentan terhadap bahaya perselingkuhan.
Dari tangan yang bersentuhan, virus masuk melalui mata, dan menginfeksi hati yang rapuh. Semudah inikah kita mengibaratkan virus perselingkuhan menginfeksi kesetiaan?
Padahal di luar sana, masih sangat banyak lingkup kerja sehat yang jauh dari bahaya laten perselingkuhan. Meskipun kita juga tidak dapat memungkiri, bahwa perselingkuhan, bukan hanya niat, tapi juga karena kesempatan.
Berdasarkan polling online yang dilakukan oleh situs kencan, Victoria Milan, yang melibatkan 5000 responden wanita yang pernah selingkuh atau diselingkuhi pasangan mereka, ternyata jenis pekerjaan juga memengaruhi motif perselingkuhan diantara para pekerjanya. Begini ulasannya;
Pada urutan pertama adalah profesi konsultan keuangan.
Alasan pertama adalah tekanan jam kerja yang panjang dan deskripsi pekerjaan yang cukup berat. Belum lagi, tuntutan pekerjaan membuat mereka harus selalu tampil rapih dan modis.
Jam kerja yang tidak menentu, membuat waktu banyak terluang dengan teman kerja atau klien. Ditengah kejenuhan, hubungan kerja professional berpotensi berubah menjadi hubungan yang lebih personal. Â
Pekerjaan dalam bidang ini meliputi, bankir, broker, dan analisis finansial.
Di urutan kedua adalah bidang penerbangan.
Bukan rahasia lagi, tuntutan pekerjaan di bidang penerbangan, membuat pilot dan awak pesawat harus bermalam di sebuah lokasi luar kota, sebelum melanjutkan jadwal penerbangan pada keesokan harinya.
Seorang kawan dari penulis yang berprofesi sebagai pilot, mengatakan bahwa ia memiliki kekuasaan untuk menentukan awak pesawat yang diinginkan untuk masuk dalam daftar cabin crew.
Pertimbangan ini dilakukan atas dasar pengalaman, kinerja kerja, dan juga kedekatan. Nah, apakah rumor yang beredar bahwa hubungan awak kabin dengan pilot kadang berada di luar batas kewajaran profesionalitas?
Pada urutan ketiga, adalah pekerja di bidang kesehatan.
Menurut survei, para tenaga medis selalu terlibat dalam situasi emosional di hampir sepanjang waktu. Wanita yang sedang dalam kondisi sedih dan takut, rentan membutuhkan orang yang dapat memberikannya rasa nyaman.