Pada tanggal 20 Desember 1742, Pakubuwono IIÂ kembali dinobatkan menjadi Raja Mataram dan tunduk di bawah kekuasaan VOC.
Sunan Kuning dengan pengawalan Kapitan Sepanjang dan sisa prajuritnya bergerak ke arah timur untuk meneruskan perlawanan secara gerilya.
Dalam sebuah peperangan besar pada tahun 1743, akhirnya Sunan Kuning menyerah kepada Belanda di Surabaya dan dibuang ke Sri Lanka.
Kapitan Sepanjang yang berhasil lolos, pindah ke Bali dan mengabdi kepada salah satu kerajaan disana, untuk meneruskan perjuangannya melawan Belanda.
Sadar akan kekuatan penggabungan orang Tionghoa dan Jawa, Belanda mulai melakukan politik adu domba, dengan mengangkat warga Tionghoa sebagai warga kelas II, di bawah kaum Eropa, dan di atas kaum Bumiputera.
Strategi ini juga dibarengi dengan pemisahan wilayah pendudukan warga Tionghoa secara ekslusif dengan warga pribumi, agar tidak terjadi pembauran. Strategi ini terbukti berhasil, dengan terbentuknya segregasi diantara warga Tionghoa dan kaum Bumiputera.
**
Sejarah Perang Kuning secara keseluruhan perlu mengingatkan kita, bahwa semangat perjuangan sebagai satu bangsa dan satu tanah air, janganlah dilihat dari warna kulit semata. Â
Seberapa besar jasa perjuangan Tan Peng Nio melawan penjajah Belanda, tidak ada yang bisa memastikan. Namun, kehadirannya, turut memberi warna dalam sejarah bangsa melawan penjajahan Belanda. Â
Tidaklah terlalu berlebihan, jika Tan Peng Nio kita beri gelar sebagai Mulan dari Tanah Jawa.